Ahad 26 Apr 2020 03:05 WIB

MUI Palu: Corona Musuh Semua Umat Beragama

Penyebaran virus corona hingga kini terus meningkat.

MUI Palu: Corona Musuh Semua Umat Beragama. Umat Islam melaksanakan shalat Jumat di Masjid Agung Baitul Hakim, Kota Madiun, Jawa Timur, Jumat (24/4).
Foto: ANTARA/SISWOWIDODO
MUI Palu: Corona Musuh Semua Umat Beragama. Umat Islam melaksanakan shalat Jumat di Masjid Agung Baitul Hakim, Kota Madiun, Jawa Timur, Jumat (24/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, di Palu, Sabtu, menyatakan virus corona jenis baru atau Covid-19 merupakan musuh bersama semua umat beragama.

"Corona tidak melihat latar belakang apa pun termasuk agama. Karena itu, setiap individu, kelompok harus berupaya dan membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran Covid-19," ucap Ketua MUI Kota Palu, Prof KH Zainal Abidin.

Baca Juga

KH Zainal Abidin mengatakan saat ini tantangan yang dihadapi bukan pada adanya perbedaan pandangan/pendapat keagamaan khususnya dari kalangan Islam mengenai tidak adanya shalat berjamaah di masjid pada bulan Ramadhan yang merupakan dampak dari upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tantangan utama adalah penyebaran virus corona jenis baru yang hingga saat ini tingkat penyebarannya terus meningkat.

"Untuk apa kita memperdebatkan mengenai tidak adanya sholat berjamaah di masjid? Padahal itu bukan substansi dari masalah. Masalah utama yang dihadapi umat saat ini ialah adanya penyebaran Covid-19, bukan tidak adanya shalat berjamaah di masjid," ujarnya.

Dia mengatakan, jika wabah pandemi Covid-19 telah selesai, maka sholat berjamaah di masjid akan kembali dilaksanakan dan diadakan. Dia mengajak semua pihak dan tokoh-tokoh agama dari semua agama di Sulteng untuk bersatu memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

"Hanya dengan bekerja sama dengan baik antarsesama manusia, antar pemeluk agama, untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, maka virus ini pasti akan bisa kita hentikan penyebarannya. Semua kembali kepada kita," katanya.

Prof Zainal menyatakan kebijakan pemerintah dan anjuran MUI berkaitan dengan ibadah bulan ramadhan di tengah adanya pandemi Covid-19, sebagai upaya minimalisasi dampak penyebaran dan penularan. "Jangan menunggu banyak yang tertular atau sudah terdampak banyak baru kita tunda berjamaah di masjid. Itu logika terbalik. Mestinya, sebelum banyak yang tertular, maka sudah ada anjuran dan kebijakan. Inilah langkah pencegahan. Nah, tokoh agama berperan untuk tindaklanjuti edaran MUI dan pemerintah," katanya.

Ia menambahkan kebersamaan menjadi kekuatan kita sebagai bangsa untuk melawan COVID-19.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement