Ramadhan Saat Pandemi Covid-19, Jangan Patah Semangat

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah

Sabtu 25 Apr 2020 07:18 WIB

Ramadhan Saat Pandemi Covid-19, Jangan Patah Semangat Foto: Reuters/Amr Abdallah Dalsh Ramadhan Saat Pandemi Covid-19, Jangan Patah Semangat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan adalah bulan suci dan istimewa yang membawa banyak berkah. Banyak hadits yang menyampaikan Nabi Muhammad SAW mengatakan Ramadhan bulan penuh berkah, pintu neraka ditutup, pintu surga dibuka dan ada suatu malam yang lebih baik dari seribu malam.

Pengurus Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ustadz Imron Baehaqi mengatakan, karena keagungan dan besarnya keutamaan bulan Ramadhan, maka umat Islam hendaknya termotivasi mendapatkan kemuliaan dan keistimewaan Ramadhan. Jangan karena adanya suatu musibah seperti pandemi Covid-19, lantas umat Islam menjadi lemah dan patah semangat. Apalagi menjadi malas dan enggan beribadah.

Baca Juga

"Justru di saat musibah berlangsung ini, kekuatan iman dan spiritualitas kita diuji. Dulu kaum Muslimin pernah menghadapi suatu perang di bulan Ramadhan. Bisa kita bayangkan bagaimana sulit dan beratnya situasi tersebut. Walaupun Nabi SAW mengizinkan orang-orang yang pergi berperang untuk tidak berpuasa, karena harus menjaga kekuatan fisik," kata Ustadz Imron saat diwawancarai Republika.co.id pekan ini.

Dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Fikes UHAMKA Jakarta ini menerangkan, ibadah puasa merupakan bagian dari rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh umat Islam. Hal tersebut dikecualikan jika ada udzur syar'i yang membolehkan seseorang tidak berpuasa, seperti sakit dan dalam keadaan safar atau dalam situasi yang darurat.

Tetapi berlaku ketentuan meng-qadha, yaitu mengganti puasa di hari-hari lain. Jika puasa dirasa masih berat, maka caranya dengan membayar fidyah yaitu memberi makan kepada fakir miskin. Meski demikian jika tetap mengerjakan puasa dengan iman dan kerelaan hati, maka hal itu lebih baik dan utama.

"Tentu kita harus yakin, beribadah di saat musibah atau petaka terjadi pahalanya lebih besar lagi," ujarnya.

Ketua Umum Ikatan Alumni Libya Indonesia (IKALI) ini menjelaskan, dalam sebuah riwayat, baginda Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa ibadah pada saat terjadi al-harj atau ujian besar (fitnah), maka keutamaannya seperti orang yang hijrah kepada diri Nabi Muhammad SAW. Dan tidaklah ragu keistimewaan hijrah kepada Rasulullah SAW disandingkan dengan jihad di jalan Allah, di mana pahalanya merupakan derajat yang paling besar di sisi Allah SWT. 

Jika dalam kondisi aman dan stabil saja setiap amal ibadah yang dikerjakan di bulan suci Ramadhan itu dilipat-gandakan pahalanya. "Maka apalagi jika ibadah itu dikerjakan di saat kondisi tidak menentu (al-harj), tentu ganjaran dan balasannya lebih besar lagi," jelas Ustaz Imron.

Imam tetap Masjid al-Muhajrun Kompleks Telkom Griyasatwika ini menerangkan, dalam sebuah riwayat muttafaqun 'alaih disebutkan setiap amal Bani Adam pahalanya dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat hingga 700 kali. Kecuali ibadah puasa, maka pahalanya tidak terbatas dengan jumlah tersebut.

Maknanya Allah akan melipat gandakan pahala ibadah puasa dengan berlipat-lipat tanpa ada batasan tertentu. Sebab pada puasa ada nilai kesabaran yang sangat luar biasa. Sedangkan Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Az-Zumar ayat 10, artinya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.