Ada Keberkahan Di Balik Ta’jil Terbuang

Red: Muhammad Subarkah

Sabtu 25 Apr 2020 07:15 WIB

Penjual makanan untuk berbuka puasa (takjil) merapikan dagangannya di kawasan Talang Kelapa, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (24/4/2020). Memasuki bulan suci Ramadhan, penjual takjil musiman bermunculan dan menawarkan aneka makanan Foto: ANTARA/FENY SELLY Penjual makanan untuk berbuka puasa (takjil) merapikan dagangannya di kawasan Talang Kelapa, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (24/4/2020). Memasuki bulan suci Ramadhan, penjual takjil musiman bermunculan dan menawarkan aneka makanan

REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis Dan Traveler

Keriuhan pasar ta’jil yang selalu terjadi menjelang waktu berbuka, pada Ramadhan tahun ini sepertinya tinggal cerita.

Di banyak daerah, pasar ta’jil dilarang digelar dan para pedagangnya dihimbau untuk berjualan secara online. Termasuk pasar ta’jil Benhil, Jakarta, yang legendaris itu.

Dari beberapa situs berita dikabarkan tidak ada aktivitas penjualan ta’jil di Pasar Benhil hari ini. Padahal biasanya, ba’da Ashar kemacetan sudah mengular di seputar area itu.

Aneka makanan khas puasa digelar. Tinggal pilih sesuai selera. Dari gorengan, camilan manis, bermacam jenis es, hingga lauk matang yang siap santap.

Melihat panganan aneka rupa yang digelar menarik itu membuat siapa saja yang melihat jadi lapar mata. Segala dibeli, meski akhirnya tak semua dimakan.

Data tahun lalu yang dirilis Parongpong Waste Management, sebuah pusat daur ulang di Jawa Barat menyebutkan kalau ada penambahan sampah di Jakarta sebanyak 200 ton sepanjang Ramadhan!

Sampah terbesar adalah dari limbah makanan yang terbuang. Penumpukan sampah ini terjadi di pusat-pusat perbelanjaan dan kuliner.Terbayang alangkah mubadzirnya.

Kalau satu orang memesan 2-3 menu, padahal hanya dimakan sedikit-sedikit. Selebihnya terbuang tanpa merasa sayang karena sudah kekenyangan.

Tak hanya di Indonesia, disebutkan fenomena yang sama juga terjadi di Kerajaan Arab Saudi. Data yang juga dimuat oleh The Economist Intelligence Unit mencatat Arab Saudi di posisi pertama dengan jumlah sampah makanan yang mencapai 247 kilogram per orang per tahun.

Padahal Rasulullah SAW telah menyontohkan untuk berbuka puasa dengan seteguk zam-zam dan 3 biji kurma. Maksudnya, tak perlu berlebih-lebihan.

Percayalah, dengan makanan secukupnya seperti itu pun perut akan terasa kenyang. Tak perlu ta’jil aneka rupa. Barulah setelah shalat Maghrib dilanjutkan dengan makanan utama.

Dokter yang juga penulis buku “Jurus Sehat Rasulullah”, Zaidul Akbar, menyarankan pola makan sehat selama menjalani puasa Ramadhan. Yakni dengan meninggalkan gula pasir dan turunannya, tepung dan turunannya, dairy product (makanan berbasis susu), serta minyak goreng dan turunannya.

Rasanya semua bahan makanan ini ada di dalam ta’jil khas Ramadhan yang menggoda itu ya?

Dengan cara ini, menurutnya, selama Ramadan tubuh kita akan terasup dengan apa yang sebenarnya memang harus masuk.

Tak perlu menumpuk segala rupa makanan yang secara kandungan bahannya belum tentu sehat dan kalau akhirnya tak habis lalu terbuang. Ingat ada keberkahan yang ikut hilang ketika makanan di buang!

Terpopuler