Sabtu 25 Apr 2020 04:13 WIB

Pesan KH Nasaruddin Agar Bersahabat dengan Mahkluk Allah

Umat Islam untuk tidak memaki musibah termasuk musibah wabah virus Covid-19.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agus Yulianto
Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal  KH. Nasaruddin Umar mengingat umat Islam untuk tidak memaki musibah termasuk musibah wabah virus Covid-19. KH Nasaruddin mengajak, umat bersahabat dengan semua mahkhluk termasuk Covid-19 seperti yang telah dilakukan para nabi terdahulu. 

"Kalau kita mempersiapkan batin kita dan melakukan persahabatan dengan sesama makhluk Allah, itu nanti akan hasilnya lain," kata KH Nasaruddi, melalui dakwah online dengan tema "Gelombang Spiritual Ramadhan Menggapai Dari Rumah," kemarin. 

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini mengatakan, selama ini--kita semua termasuk umat Islam--menganggap virus corona sebagai musuh. Padahal, jika virus corona yang juga merupakan mahkluk Allah dianggap sebagai sahabat, tidak akan menyakiti.

Hal demikian telah dibuktikan oleh Nabi Ayub AS, di mana dia telah menganggap sahabat dengan belatung-belatung yang menggrogoti tubuhnya, dan akhirnya belatung itu tidak lagi menyakitinya. Karena, kata dia, barangsiapa yang bersahabat dengan sesuatu, maka sesuatu itu tidak akan melukai kita. 

"Sikap kita terhadap corona seperti apa? Haruskah kita bermusuhan, mari kita contoh dengan Nabi Ayub. Nabi Ayub sekujur tubuhnya meleleh karena penyakit yang membuat busuk di sekujur tubuhnya," katanya.

KH Nasaruddin, menceritakan, ketika Nabi Ayub memushi belatung yang ada di sekujur tubuhnya itu dia sangat kesakitan. Karena begitu parahnya penyakit yang menimpa tubuh Nabi Ayub, akhirnya Nabi Ayub dibuang ke sebuah gua di luar kota oleh istrinya. 

"Ini diabadikan dalam Alquran di tengah malam di dalam gua sepi sendirian itu Nabi Ayub berkata, wahai para belatung kalian dulu itu adalah musuhku di mana ada dokter di mana ada tabib di situ aku akan musnahkan engkau, tapi kamu nggak bisa musnah. Sekarang, ternyata tidak ada yang bisa menemani aku di dalam kegelapan gua ini selain kalian. Wahai para belatung makan sepuasnya daging ku," kata KH Nasaruddin menceritakan kisah Nabi Ayub.

Pada saat itulah Nabi Ayub bersahabat dengan para belatung yang menggerogoti tubuhnya, sehingga ketika belatungnya jatuh dari tubuhnya, Nabi Ayub naikkan kembali ke dalam badannya. Kesabaran inilah membuat Nabi Ayub merasa ringan dengan penyakit yang dideritanya.

"Tapi aneh, begitu dia bersahabat dengan belatung rasa sakitnya hilang," katanya.

Ujung kesabaran Nabi Ayub itu, kata KH Nasaruddin, di tangah malam Nabi Ayub mendengarkan keajaiban ada suara dan kisah ini diabadikan dalam Alquran. Nabi Ayub disuruh memukul-mukulkan tumitnya ke tanah dan memancarlah dua sumber mata air di bawah tumit itu persis seperti air zam-zammya Ismail.

Di situlah Nabi Ayub, minum air itu dan mandi. Dan apa yang terjadi keesokkan harinya, sekujur tubuhnya yang belang dan bonyok itu utuh kembali, bersih 

Lalu Nabi Ayub kembali pulang ke desanya akhirnya istri yang pernah membuangnya tertarik kembali. Ini karena Nabi Ayub kembali menjadi seorang pemuda yang sangat tampan

"Jadi sikap kita terhadap penyakit jangan memusuhinl penyakit. Akan tetapi bersahabatlah dengan musibah termasuk penyakit," katanya

Bahkan, kata KH Nasaruddin, berdasarkan penelitian seorang dokter di Amerika, yang memusuhi penyakit itu, akan merasakan rasa sakitnya dari penyakit itu sampai dua kali lipat. Akan tetapi, kalau orang yang beragama maksimum, bisa merasakan penyakit itu sekitar 60 sampai 80 persen.

"Dengan kata lain orang yang beragama dengan baik, tidak akan merasakan penyakit itu 100 persen," katanya.

Menurut KH Nasaruddin, selian Nabi Ayub yang menganggap sahabat belatung, Nabi Ibrahim juga menganggap mahkluk Allah bernama api menjadi sahabat. Sehingga, ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke lautan api, api tidak membakarnya.

"Apa yang terjadi pada Nabi Ibrahim dilemparkan ke lautan api. Apa kata api, saya tidak tega melukai kekasihku dan kekasih Allah," katanya.

Kenapa api tidak membakar Nabi Ibrahim, karena kata KH Nasaruddin, Nabi Ibrahim tidak pernah bermusuhan dengan api. Maka ketika Nabi Ibrahim menganggap api sebagai sahabat api tidak membakarnya.

"Dan apa yang terjadi, api itu padam. Nabi Ibrahim berjalan di atas bara api tanpa sehelai rambutnya pun juga terbakar, dia sambil makan buah. Sementara raja Nambrud keringatan dan kepanasan," katanya. 

Begitu juga dengan Nabi Daud, ketika bersahabat dengan besi yang menjadi tombak tidak bisa melukainya. 

Begitupun juga dengan Nabi Yunus ada di dalam perut ikan ikan buas yang ada di tengah laut. Nabi Yunus bukanya dimangsa tapi itu diselamatkan sampai ke pantai.

"Jadi barang siapa yang bersahabat dengan sesuatu, maka sesuatu itu tidak akan melukai kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement