Sabtu 25 Apr 2020 00:25 WIB

Peneliti BPPT: Calon Ibu Kota Negara Rentan Smong

Smong istilah tradisional masyarakat di Pulau Simeulue Aceh utuk gelombang besar.

Foto aerial kawasan ibu kota negara baru di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara
Foto aerial kawasan ibu kota negara baru di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang merupakan ahli tsunami, Widjo Kongko mengatakan sesuai hasil penelitian, calon Ibu Kota Negara (IKN) di KalimantanTimur rentan dilanda smong dari sumber longsor bawah laut.

Dengan volume ~4 juta meter kubik (m3) bisa menimbulkan smong setinggi lebih dari 15 meter (m) seperti di Papua Nugini pada 1998. "Kami pernah sampaikan tahun lalu. Kaji detil perlu untuk siapkan PRB-nya," kata Widjo Kongko dalam cicitannya soal perlunya upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) bagi calon IKN berkaitan dengan hasil kajian tersebut, Kamis (23/4).

Baca Juga

Smong merupakan istilah tradisional masyarakat di Pulau Simeulue, Aceh, untuk menyebut sebuah gelombang laut besar yang melanda setelah sebuah gempa bumi menghantam. Tsunami di Palu dan Krakatau menjadi contoh smong yang terjadi beberapa tahun lalu yang diakibatkan oleh longsor bawah laut.

Smong dari sumber longsor di Indonesia kejadiannya lebih banyak dari yang diperkirakan semula," cicitnya.

Meski demikian, Widjo mengatakan kajian soal longsor bawah laut yang mengakibatkan smong di Indonesia tidak banyak. Di wilayah barat Indonesia, dari survei batimetri detil cacat-parut bekas longsor bawah laut menjadi kajian kolega peneliti di Potsdam.

Sementara di Indonesia tengah dan timur, atau Laut Banda, suspek longsor bawah laut lebih banyak lagi. Smong longsor bawah laut bisa sangat tinggi, lebih dari 50 m atau 100 m, ujar dia.

Cuitan awal Widjo terkait potensi smong di calon IKN tersebut mengomentari berita yang dilansir BBC News berjudul Tsunami Risk Identified Near Future Indonesian Capital pada Rabu (22/4).

Tim peneliti Inggris dan Indonesia menggunakan data seismik untuk menginvestigasi sendimen dan struktur bawah Laut Makassar. Mereka memetakan bukti longsoran-longsoran bawah laut purba di Selat Makassar antara Pulau Kalimatan dan Sulawesi.

Dari kajian awal memang jika ada longsoran bawah laut besar terulang saat ini, itu akan memicu tsunami yang mampu menggenangi Teluk Balikpapan, sebuah area dekat dengan Ibu Kota Negara yang diusulkan. Namun demikian tim peneliti internasional itu sangat berhati-hati terhadap reaksi yang berlebihan. mereka masih harus banyak melakukan penilaian terhadap kondisinya dengan tepat.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement