Rakyat Gaza Terancam Kesulitan Peroleh Bantuan Saat Ramadhan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah

Jumat 24 Apr 2020 15:17 WIB

Rakyat Gaza Terancam Kesulitan Peroleh Bantuan Saat Ramadhan. Pedagang Palestina memajang lentera Ramadhan untuk dijual menjelang bulan suci Ramadhan di Kota Gaza, Rabu (22/4). Foto: AP/Khalil Hamra Rakyat Gaza Terancam Kesulitan Peroleh Bantuan Saat Ramadhan. Pedagang Palestina memajang lentera Ramadhan untuk dijual menjelang bulan suci Ramadhan di Kota Gaza, Rabu (22/4).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pandemi virus corona atau Covid-19 mengancam pengiriman bantuan untuk rakyat Palestina di Gaza yang membutuhkannya selama bulan suci Ramadhan. Seorang warga Palestina yang menganggur, Salah Jibril (47 tahun), memperingatkan situasi di Gaza selama bulan Ramadhan.

"Pasar dan masjid ditutup. Orang-orang baik yang memberi kami uang atau bantuan setiap Ramadan menghadapi situasi sulit," kata Jibril, yang tinggal bersama istri dan enam anak di sebuah flat dengan dua kamar tidur yang sempit di pinggiran Kota Gaza, dilansir dari laman Asharq Al-Awsat, Jumat (24/4).

Baca Juga

Jibril mengakui, dia dan keluarganya biasanya mengandalkan bantuan yang mereka terima selama bulan Ramadhan untuk memenuhi kebutuhan sepanjang sisa waktu tahun ini. "Ini Ramadhan terberat yang kami hadapi. Kami tidak tahu bagaimana kami akan mengatasinya," ujarnya.

Masjid-masjid dan organisasi amal lainnya memberi makan ribuan orang miskin selama bulan Ramadhan. Sementara beberapa orang biasanya sering memberikan sejumlah uang kepada orang miskin. Ada pula yang menunaikan zakat dengan memberikan langsung kepada mustahik di sana.

Namun, tahun ini, sumbangan yang biasa mereka terima diperkirakan akan turun karena krisis ekonomi global yang disebabkan pandemi wabah virus Covid-19. Jibril sendiri masih menerima sekitar 1.800 shekel atau 500 dolar setiap empat bulan dari Kementerian Urusan Sosial setempat. Besaran uang ini, kata dia, tidak cukup untuk membayar tagihan listrik, air, gas, makanan dan minuman, serta obat-obatan ketika anak-anak sakit.

photo
Warga Palestina berbelanja menjelang bulan suci Ramadhan di Pasar Zawiya, Kota Gaza, Rabu (22/4). - (AP /Khalil Hamra)

Keluarga Jibril pun tidak memiliki deterjen, sabun, atau cairan untuk sterilisasi. Mereka membutuhkan sabun untuk menjaga kebersihan rumah mereka.

Istri Jibril, Umm Mohammed, juga mengaku tak ingat kapan terakhir kali mereka punya cukup uang untuk membeli daging. "Corona (virus) lebih buruk daripada perang," kata dia.

Sementara itu, ayah tujuh anak berusia 70 tahun bernama Abdullah al-Omreen, sebelumnya mencari nafkah dengan menjual buah dan sayuran di Gaza tengah, tetapi sekarang ia menganggur. Selama Ramadhan, dia dan keluarganya biasanya menerima sedekah dari orang kaya.

"Dan mereka (orang kaya itu) juga memberi kami makanan setiap hari. Tetapi tahun ini situasinya berbeda. Ini akan sulit bagi semua orang. Aku khawatir tidak ada yang akan memberi kita apa pun," kata Abdullah.

Di tengah situasi yang serba terbatas ini, pemilik toko es krim di Gaza, Moeen Abbas tetap berusaha agar Ramadhan tahun ini tetap meriah. Dia menghiasi halaman rumahnya dengan sebuah dekorasi.

"Terlepas dari situasi ekonomi yang sulit, karena virus corona, kami menghiasi rumah kami dengan lentera Ramadhan. Kami ingin anak-anak kami merasakan atmosfer bulan suci Ramadhan," ujarnya.