Jumat 24 Apr 2020 13:30 WIB

51 Petugas dan Tenaga Kesehatan di RSUD Bogor Diisolasi

Kadinas Kesehatan Jawa Barat meminta pasien jujur saat ke rumah sakit.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Teguh Firmansyah
Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus Corona. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Umarul Faruq
Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus Corona. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penyebaran Covid-19 yang terus menunjukkan tren peningkatan di Provinsi Jawa Barat (Jabar), membuat upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 tak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah. Butuh dukungan penuh dari seluruh warga Jabar agar penyebaran Corona terhenti,

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Berli Hamdani, Covid-19 ini menyebar tanpa bisa diketahui siapa yang menjadi pembawa dan penyebarnya. Salah satunya adalah kasus 51 petugas dan tenaga kesehatan di RSUD Kota Bogor yang hasil rapid test-nya menunjukan reaktif.

Baca Juga

"Ke-51 petugas dan tenaga kesehatan ini, saat ini tengah diisolasi mandiri di salah satu hotel di Kota Bogor sembari menunggu hasil test swab untuk mengetahui secara pasti, positif atau negatif Covid-19," ujar Berli kepada wartawan, Jumat (24/4).

Diketahui, 51 petugas dan tenaga kesehatan RSUD Kota Bogor yang dinyatakan reaktif rapid tersebut, bukan merupakan para petugas dan tenaga kesehatan yang bersentuhan langsung dengan pasien. Karena, mereka bekerja di layanan farmasi, rawat jalan dan petugas kebersihan.

Berli menilai, pemantauan terhadap kasus penyebaran Covid-19 merupakan salah satu upaya penting dalam memutus mata rantai penyebaran Corona Jabar.

Menurut Berli, dalam upaya pemantauan kasus, tentu Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar menggunakan beberapa metode. Yakni, mulai dari pengamatan manual tren peningkatan kasus dan penyebarannya, hingga melakukan kajian epidemiologis, yang dapat memperkirakan kapan waktu puncak penyebaran dan berapa banyak jumlah kasus, saat penyebaran mencapai puncak.

Berli mengimbau, agar peristiwa ‘reaktif rapid’ yang menimpa para petugas dan tenaga kesehatan di RSUD Kota Bogor tidak terulang, masyarakat yang berobat ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan agar jujur dengan menyampaikan segala sesuatunya kepada petugas yang memeriksa. “Termasuk riwayat perjalanan dan pernah atau tidak pernah melakukan kontak dengan yang diketahui positif Covid-19,” katanya.

Sedangkan untuk para pemberi layanan di setiap tingkat layanan kesehatan, Berli meminta untuk menerapkan kewaspadaan universal. “Patuhi protokol keamanan dan pengamanan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), serta senantiasa waspada terhadap berbagai potensi penyebaran virus Covid-19 dari sumber yang tidak diduga,” paparnya.

Saat ini, kata Berli, metode dan upaya komunikasi efektif masih terus dikembangkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar. “Sekarang ini sifatnya masih imbauan, tapi yang terpenting adalah agar masyarakat berani jujur menyampaikan informasi terkait COVID-19,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement