Jumat 24 Apr 2020 06:25 WIB

Uji Klinis Pertama Obat Covid-19 Gagal

Uji coba oleh China menunjukkan obat tak berhasil menyembuhkan pasien Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Nidia Zuraya
Mencari obat penangkal infeksi virus corona tipe baru, Covid-19.
Foto: Republika
Mencari obat penangkal infeksi virus corona tipe baru, Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Uji coba pertama terhadap Remdesivir, obat antivirus yang dinilai potensial untuk mengobati infeksi virus corona jenis baru (Covid-19), dilaporkan gagal. Sebelunya, jenis obat ini diyakini efektif untuk mengatasi penyakit yang menjadi pandemi global saat ini.

Dilansir BBC, Kamis (23/4), uji coba yang dilakukan oleh China menunjukkan obat itu tidak berhasil menyembuhkan pasien Covid-19. Hal ini juga dilaporkan dalam dokumen yang sempat dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga

Remdesivir dikatakan tidak memperbaiki kondisi pasien Covid-19. Bahkan, obat ini dalam uji coba pertamanya menunjukkan ketidaksuksesan untuk mengurangi patogen virus dalam aliran darah.

Atas hal ini, Gilead, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang membuat Remdesivir, mengatakan bahwa dokumen WHO tersebut salah menafsirkan studi yang dilakukan. Kegagalan uji coba menyebar setelah organisasi mengunggah perincian tentang basis data uji klinis.

"Kami percaya unggahan itu memasukkan karakterisasi studi yang tidak sesuai. Dengan demikian, hasil penelitian tidak dapat disimpulkan meskipun tren dalam data menunjukkan manfaat potensial untuk Remdesivir, terutama di antara pasien yang diobati pada awal penyakit,” ujar juru bicara Gilead.

Namun, WHO kini telah menghapus unggahan mengenai kegagalan uji klinis. Dalam studi yang dilakukan terkait efektivitas Remdesivir, para  peneliti mempelajari 237 pasien, memberikan obat ini ke 158 orang, dan membandingkan kondisi mereka dengan 79 lainnya yang menerima pengobatan dengan plasebo.

Setelah satu bulan, sebanyak 13,9 persen dari pasien yang menggunakan Remdesivir meninggal dibandingkan dengan 12,8 persen dari yang menerima plasebo. Percobaan obat ini kemudian dihentikan lebih awal karena efek samping dilaporkan.

“Remdesivir tidak dikaitkan dengan manfaat klinis atau virologi,” kata ringkasan studi.

Namun, ini tidak berarti akhir dari potensi Remdesivir untuk mengobati Covid-19. Beberapa uji coba yang berkelanjutan akan dilakukan dan diharapkan memberikan gambaran lebih jelas tentang penggunaan obat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement