Jumat 24 Apr 2020 04:24 WIB

Program Kampung Iklim di Papua Harus Gali Kearifan Lokal

Pogram harus menggali upaya masyarakat adat Papua dengan perubahan iklim.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Warga Kampung Enggros mengambil air bersih dari saluran air. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Gusti Tanati
Warga Kampung Enggros mengambil air bersih dari saluran air. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajer Program Yayasan INTSIA-Papua, Yoseph Watopa, menjelaskan Program Kampung Iklim (Proklim) seperti apa yang sebaiknya dilaksanakan di Papua. Menurut dia, Proklim di papua seharusnya merupakan program yang menggali kearifan lokal, budaya, gaya hidup, dan upaya masyarakat adat Papua dalam hubungan dengan perubahan iklim dan dampaknya.

"Setelah kita menggali, apakah di situ ada praktik-praktik atau kearifan lokal terkait adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang bisa kita angkat sebagai sebuah program, lalu didaftarkan sebagai program untuk kampung itu," katanya, Kamis (23/4).

Baca Juga

Ia kemudian menerangkan sejumlah kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dilakukan oleh masyarakat Mamberamo, Papua. Ada berbagai aksi yang mereka lakukan terkait dengan pengendalian kekeringan dan banjir, peningkatan ketahanan pangan, penanganan kenaikan permukaan air laut, rob, abrasi, ablasi, dan gelombang tinggi, serta pengendalian penyakit terkait iklim.

Selain itu, masyarakat Mamberamo juga telah mealkukan mitigasi perubahan iklim. Kegiatan yang mereka lakukan juga sebenarnya bisa dikaitkan dengan aksi mitigasi perubahan iklim yang ada di Peraturan Menteri LHK Nomor 84 Tahun 2016, yakni terkait penanganan limbah cair, pengelolaan budidaya pertanian, dan peningkatan tutupan vegetasi.

Untuk itu, ada beberapa catatan yang pihaknya berikan terkait dengan Proklim. Pertama, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sudah dipraktikkan oleh masyarakat adat. Kemudian, perlu ada pengorganisasian yang lebih baik dari kebiasaan-kebiasaan masyarkat ini. Sehingga itu betul-betul menjadi sebuah program untuk ditampung dan ada dampaknya dan efeknya.

"Sosialisasi atau kampung iklim ini belum jadi keunggulan atau mungikin informasi ini belum jadi sesuatu yang merata. Sehinga kampung-kampung di Papua, kami di Mamberamo juga, belum dengar program kampung iklim," ungkap dia.

Direktur Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sri Tantri Arundhati, menyebutkan, pihaknya memiliki Program Kampung Iklim (Proklim). Program tersebut merupakan program yang bertujuan untuk memberikan semacam kesadaran dan edukasi kepada masyarakat terkait apa yang harus dilakukan agar bisa bertahan dari perubahan iklim.

Kepala Balai PPIKHL Wilayah Maluku-Papua, Prianto, menjelaskan, ada 36 kelompok atau kampung yang sudah diusulkan untuk mengikuti Proklim berdasarkan data tahun 2020. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement