Kamis 23 Apr 2020 17:41 WIB

Aktivitas Bisnis Zona Euro Hadapi Kontraksi Dalam

IHS Markit’s Flash Composite Purchasing Managers’ Index zona euro merosot ke 13,5.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas ekonomi di zona euro terhenti pada bulan ini seiring dengan penyebaran virus corona baru (Covid-19) yang memaksa pemerintah melakukan kebijakan lockdown. Beberapa perusahaan pun sudah menghentikan alat-alat produksi dan menutup bisnis mereka.
Foto: AFP PHOTO / DANIEL ROLAND
Aktivitas ekonomi di zona euro terhenti pada bulan ini seiring dengan penyebaran virus corona baru (Covid-19) yang memaksa pemerintah melakukan kebijakan lockdown. Beberapa perusahaan pun sudah menghentikan alat-alat produksi dan menutup bisnis mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Aktivitas ekonomi di zona euro terhenti pada bulan ini seiring dengan penyebaran virus corona baru (Covid-19) yang memaksa pemerintah melakukan kebijakan lockdown. Beberapa perusahaan pun sudah menghentikan alat-alat produksi dan menutup bisnis mereka.

Tercatat, virus Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 2,57 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 178 ribu orang. Kebijakan social distancing dan working from home (WFH) diberlakukan, menyebabkan kegiatan ekonomi mengalami perlambatan.

Baca Juga

Seperti dilansir Reuters, Kamis (23/4), IHS Markit’s Flash Composite Purchasing Managers’ Index (PMI) zona euro merosot ke 13,5 pada April. Indikator tersebut kerap digambarkan sebagai ukuran kinerja dan kesehatan ekonomi. Angka di bawah 50 menandakan kontraksi.

PMI zona euro bulan ini menurun signifikan dibandingkan Maret, 29,7. Bahkan, kinerja April menjadi indikator terendah sejak survei dimulai pada pertengahan 1998 dan jauh di bawah seluruh perkiraan dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan PMI berada di tingkat 18,0.

Kepala ekonom bisnis di IHS Markit, Chris Williamson mengatakan, PMI April menggambarkan adanya kerusakan pada ekonomi zona euro yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi ini disebabkan kebijakan lockdown dan pembatasan sosial di banyak negara, ditambah dengan penurunan permintaan global maupun kekurangan tenaga kerja hingga bahan baku.

"Kemerosotan yang ganas ini telah melampaui prediksi yang pernah dibayangkan sebagian besar ekonom," tutur Williamson.

Ia menambahkan, PMI zona euro konsisten dengan ekonomi yang berkontraksi 7,5 persen pada kuartal ini.

Dalam laporannya, IHS Markit memperlihatkan tingkat permintaan terhadap produksi zona euro berada di kondisi ‘mengering’. Jumlah karyawan berkurang dengan rekor kecepatan tertinggi. Banyak perusahaan memutuskan memangkas harga produksi dalam tingkat paling curam sejak survei dimulai.

Karena itu, tidak mengerankan jika optimisme dalam survei juga menggambarkan tingkat yang rendah. Sub-indeks output masa depan berada pada level 34,5, turun hampir setengah dibandingkan masa lalu.

Penutupan restoran, bar dan kegiatan rekreasi lainnya serta pembatalan liburan dan pembatasan perjalanan menyebabkan sektor jasa mengalami kondisi sangat buruk. PMI untuk sektor jasa berada pada rekor terendah, 11,7, dari sebelumnya 26,4.

April juga menjadi bulan yang suram bagi sektor pengolahan di zona euro. PMI manfufaktur turun 33,6 dari 44,5 pada Maret. Permintaan hampir tidak ada dan banyak produsen merumahkan karyawannya seiring dengan penutupan pabrik. Sub indeks ketenagakerjaan turun menjadi 35,7, ternedah sejak awal krisis utang zona euro pada April 2009.

Williamson mengatakan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan keputusan merumahkan karyawan diprediksi terus meningkat. Sebab, tren kemerosotan permintaan masih berlangsung. "Selain itu, adanya kecemasan baru tentang kenaikan biaya-biaya untuk mengendalikan virus," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement