Jelang Ramadhan, Ikan Giling Jadi Buruan Warga Palembang

Red: Reiny Dwinanda

Kamis 23 Apr 2020 16:25 WIB

Beragam pempek khas Palembang. Jelang Ramadhan, warga membeli ikan giling sebagai bahan aneka makanan khas Palembang, termasuk pempek. Foto: Antara Beragam pempek khas Palembang. Jelang Ramadhan, warga membeli ikan giling sebagai bahan aneka makanan khas Palembang, termasuk pempek.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Ikan giling menjadi salah satu produk bahan makanan yang menjadi buruan masyarakat Kota Palembang di sejumlah pasar tradisional sehari menjelang Ramadhan, Kamis. Pandemi Covid-19 tak menyurutkan keinginan ibu-ibu mendatangi pasar tradisional demi mendapatkan ikan giling.

Nisa, salah seorang pembeli, mengatakan bahwa ikan giling ini menjadi kebutuhan utama keluarganya. Ikan giling merupakan bahan baku untuk membuat beraneka ragam makanan khas Palembang, terutama pempek.

Baca Juga

"Beli langsung sekali banyak, untuk disimpan di kulkas,” kata dia Nisa yang dijumpai di Pasar Perumnas Palembang.

Ikan giling itu, menurut Nisa, bukan hanya untuk membuat pempek, tapi juga untuk membuat model, tekwan. dan otak-otak. Walau harganya merangkak naik dari biasanya Rp 60 ribu per kg menjadi Rp 70 ribu per kg untuk jenis ikan gabus, tapi ibu-ibu ini rela mengantre demi mendapatkan ikan giling tersebut.

Rani, pedagang ikan giling, mengatakan bahwa bukan hanya ikan gabus yang laris. Pembeli juga berminat pada jenis ikan giling lainnya, seperti ikan laut dan ikan sepat, karena harga relatif lebih murah dibandingkan ikan gabus.

"Untuk ikan laut harganya Rp 25 ribu per kg, sama seperti ikan sepat,” kata dia.

Berbeda dengan pedagang di pasar tradisional, harga di tingkat agen jauh lebih murah untuk jenis ikan gabus. Tommy, agen ikan gabus giling di Pasar 1 Ulu Palembang, menjajakannya seharga Rp 55 ribu per kg.

Sementara itu, untuk ikan tenggiri harganya Rp 115 ribu per kilogram. Menurut Tommy, harga ikan tenggiri naik Rp 5.000 dibandingkan kemarin (22/4).

Tommy mengatakan, sejak dua hari terakhir terjadi peningkatan permintaan dari biasanya. Akan tetapi, jika dibandingkan tahun lalu, permintaan jauh berkurang.

“Pengaruh adanya virus corona membuat daya beli masyarakat turun, saya pun sudah mengurangi produksi sejak sebulan terakhir dan berhentikan beberapa karyawan,” kata dia.