Kamis 23 Apr 2020 15:54 WIB

Tim Peneliti Saudi Lacak Mutasi Genom Virus Covid-19

Membantu para ilmuwan memahami bagaimana virus berubah dari waktu ke waktu.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.
Foto: MgIT03
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH -- Sebuah Universitas Saudi turut membantu memimpin perang global melawan pandemi Covid-19. Para ahli dari Universitas Sains dan Teknologi King Abdullah (KAUST) tersebut bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Saudi dan entitas pemerintah lainnya dalam proyek-proyek penelitian untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Tim respon penelitian cepat spesialis (R3T) yang dibentuk oleh universitas telah bekerja untuk menghasilkan prototipe pelindung wajah dan ventilator dengan mitra manufaktur McLaren dan Olayan Group. Tim juga juga berkontribusi terhadap inisiatif yang terjadi di seluruh dunia untuk menemukan cara menghentikan wabah Covid-19.

Presiden KAUST Dr. Tony Chan mengatakan, komunitas riset KAUST berkumpul dengan keahliannya masing-masing di sejumlah bidang. Sebelumnya, tim peneliti juga telah mempresentasikan proposal proyek di bidangnya masing-masing.

"Kami bukan perusahaan farmasi atau rumah sakit, tetapi kami memiliki sarana dan kemampuan untuk membantu respons nasional dan internasional dengan cara lain," katanya dilansir dari Arabnews, Kamis (23/4).

Menurutnya, banyak proyek yang tengah berlangsung tersebut telah mempertemukan para peneliti dari beberapa lembaga akademis top dunia, perusahaan biotek, pusat penelitian, rumah sakit, dan kementerian kesehatan. Tim KAUST adalah salah satu dari banyak universitas dan pusat penelitian yang memanfaatkan seluruh pengetahuan untuk menjawab pertanyaan kritis tentang penyebaran Covid-19, bagaimana mencegahnya, dan cara terbaik untuk mengobati infeksi

Dalam jangka pendek, pekerjaan R3T telah mengembangkan pelindung wajah dan ventilator. Yang mana keduanya dibutuhkan dan digunakan para medis yang terus memerabgi Covid-19 digaris terdepan. "Kami merancang komponennya sendiri untuk pelindung wajah dan ventilator. Sebuah prototipe juga telah dikirim ke National Guard Hospital di Jeddah untuk digunakan di pusat medis dan kami juga akan mengirimkan ke rumah sakit lain," kata Chan.

Dia menambahkan bahwa pasokan global untuk sistem ventilator telah meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pasien yang terinfeksi. “R3T KAUST telah bergabung untuk memberikan solusi yang cepat dan efektif dengan mendesain prototipe aktuator mekanik menggunakan tas Ambu (unit pernapasan manual buatan). Ini adalah tas yang menggembung sendiri yang digunakan secara global untuk memberikan ventilasi tekanan positif kepada pasien yang tidak bernafas atau tidak bernafas secara memadai," jelasnya.

Chan mencatat kemitraan R3T dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Saudi dan Kementerian Kesehatan dalam mengoordinasikan upaya dan bertukar keahlian untuk memastikan tes diagnostik yang cepat dan andal serta mengoptimalkan tes yang ada.

“Di bidang diagnostik dan terapeutik, ada tiga bidang yang ingin kami tangani. Yang pertama berkontribusi pada pemetaan global gen virus SARS-CoV-2 (jenis virus yang menyebabkan Covid-19) dan kode genetiknya. Yang kedua adalah peningkatan pengembangan obat, dan yang ketiga sedang bekerja pada peningkatan pengujian serologis untuk meningkatkan deteksi," paparnya.

Kombinasi sumber daya universitas, keahlian fakultas dan pengembang, dan proyek penelitian yang diajukan oleh R3T, menurut Chan, tidak hanya akan berkontribusi pada perjuangan global langsung terhadap Covid-19 tetapi juga proyek penelitian bersama di masa depan untuk mengatasi beberapa masalah sekaligus.

Salah satu cara melakukan itu adalah dengan mendeteksi tanda  genetik global virus SARS-CoV-2 untuk membantu para ilmuwan di seluruh dunia memahami bagaimana virus berubah dari waktu ke waktu, dan cara terbaik untuk diagnostik dan perawatan.

Dipimpin oleh Prof. Arnab Pain, tim KAUST akan membandingkan genom dari virus yang beredar di Kerajaan dan membandingkannya dalam populasi global di mana mereka dapat secara sistematis melacak setiap mutasi pada materi genetik dari awal pandemi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement