Kamis 23 Apr 2020 15:09 WIB

Ekspatriat Dubai, Dakwah Islam, dan Membludaknya Mualaf

Jumlah mualaf di Dubai dari tahun ke tahun selalu membludak.

Jumlah mualaf di Dubai dari tahun ke tahun selalu membludak. Burj Khalifah di Dubai (ilustrasi)
Foto: Pikrepo
Jumlah mualaf di Dubai dari tahun ke tahun selalu membludak. Burj Khalifah di Dubai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Uni Emirat Arab adalah sebuah negara yang terletak di ujung tenggara Semenanjung Arabia. Negeri ini berbatasan dengan Oman di timur, Arab Saudi di selatan, dan berbagi perbatasan laut dengan Qatar dan Iran.

UEA pertama kali didirikan pada Desember 1971. Negara ini merupakan federasi dari tujuh emirat, yakni Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Quwain.

Baca Juga

Setiap emirat diperintah oleh seorang emir (raja) yang bersama-sama membentuk Dewan Tertinggi Federal. Setiap lima tahun, dewan tersebut memilih salah satu dari emir untuk menjadi presiden UEA.

Menurut data 2013, total penduduk di UEA mencapai 9,2 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, hanya 1,4 juta jiwa yang berstatus sebagai warga negara UEA. “Sementara, sebanyak 7,8 juta jiwa lagi adalah kelompok ekspatriat (masyarakat asing),” ungkap Reuters.

CIA World Factbook mengungkap, cadangan minyak bumi UEA merupakan terbesar ketujuh di dunia, setelah Arab Saudi, Venezuela, Kanada, Iran, Irak, dan Kuwait. Sementara, cadangan gas alamnya terbesar ke-17 di dunia. Lebih dari 85 persen ekonomi negara itu bergantung pada kegiatan ekspor minyak bumi.  

Kemakmuran ekonomi yang dicapai UEA menjadikan negeri itu ibarat ‘surganya dunia’ bagi kalangan ekspatriat. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika lebih dari 80 persen penduduk UEA adalah imigran alias warga asing yang menetap di negara itu.

Mereka datang dari berbagai belahan dunia, mulai dari Aljazair, Afghanistan, Bangladesh, India, Pakistan, AS, Armenia, Australia, Jerman, Brazil, Inggris, Karibia, hingga Filipina. 

“Di antara ne gara-negara Barat, ekspatriat asal Inggris menempati jumlah tertinggi di UEA, yakni mencapai 240 ribu orang,” ungkap Sultan al-Qassemi dalam artikelnya, “The Other Special Relationship: The UAE and The UK?” 

Banyaknya kalangan ekspatriat yang menjadi mualaf di kota itu tidak bisa dilepaskan dari kerja keras yang dilakukan Departemen Amal dan Urusan Islam Dubai (IACAD) Menurut al-Gaood, lembaga tersebut selama ini memang giat menggelar berbagai program dakwah Islam kepada masyarakat Dubai, termasuk kaum pendatang.

Sepanjang 2013 saja, ada 2.115 warga asing yang menjadi mualaf di negeri tetangga Arab Saudi itu. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.907 mualaf. 

Sementara , jumlah ekspatriat yang masuk Islam di UEA pada 2011 dilaporkan hanya 1.380 orang. Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan dengan 2010 yang jumlahnya 1.500 orang.

Data paling mutakhir, Pusat Mohammed Bin Rashid untuk Kebudayaan Islam pada Departemen Urusan Islam dan Kegiatan Amal di Dubai (IACAD) mengumumkan 3.771 orang menjadi mualaf atau memeluk Islam pada 2019. Hal itu diumumkan oleh lembaga ini sebagai bagian dari komitmennya mempromosikan nilai-nilai Islam yang toleran di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Direktur Pusat Budaya Islam Mohammed Bin Rashid, Hind Mohammed Lootah, mengatakan lembaga ini terus berupaya menyebarkan budaya Islam dan nilai-nilai kemanusiaan di antara masyarakat. Kesadaran yang meningkat di antara penduduk telah menyebabkan peningkatan jumlah mualaf dibandingkan tahun sebelumnya.

Lootah melaporkan, pusat tersebut memungkinkan para mualaf belajar lebih banyak tentang toleransi dalam Islam. Hal demikian akan meningkatkan aspek keagamaan dan sosial dari perjalanan baru mereka.

Banyaknya warga asing di UEA yang beralih menjadi Muslim, sekaligus menunjukkan tingginya preferensi kaum pendatang di negeri itu terhadap Islam dibandingkan kawasan lain dunia.

Para mualaf biasanya tertarik kepada Islam karena agama ini mengajarkan rasa belas kasih, rasionalitas, dan kesetaraan bagi semua manusia. Mereka juga menyadari bahwa Islam adalah agama yang damai dan sangat menjunjung tinggi toleransi.

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement