Kamis 23 Apr 2020 12:48 WIB

AS Mencari Mitra Lain Gantikan WHO

Presiden AS Donald Trump menuduh WHO mempromosikan China dan memperburuk corona.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menyatakan akan mencari mitra alternatif untuk melakukan pekerjaan medis, Rabu (22/4), selain Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam penanganan virus corona. Kepala Badan Pengembangan Internasional AS (USAID), John Barsa, mengatakan, mitra alternatif di luar WHO itu akan melakukan pekerjaan penting untuk urusan medis, seperti vaksin. Lembaga itu nantinya akan memastikan tidak ada gangguan pada upaya bantuan AS.

"Apakah manajemen Organisasi Kesehatan Dunia menjalankannya dengan cara yang seharusnya dijalankan?" ujar Barsa.

Baca Juga

Presiden AS Donald Trump pada pekan lalu mengumumkan penghentian pendanaan untuk WHO. Washington juga akan meninjau penanganan pandemi virus corona oleh organisasi itu. Trump menuduh WHO mempromosikan disinformasi seputar China tentang virus corona sehingga memperburuk penanganan wabah itu.

Direktur Bantuan Luar Negeri USAID, Jim Richardson, mengatakan, bantuan AS akan terus berlanjut meskipun berjeda. "Untuk ... setiap dolar mengalir hari ini, kami hanya mengambil dari WHO dan kami akan memberikan bantuan itu kepada yang lain kelompok," ujarnya

AS mengumumkan lebih dari 270 juta dolar AS akan disalurkan sebagai bantuan tambahan untuk global. Dana tersebut akan mencangkup keseluruhan bantuan.

Detail lembaga atau kelompok yang mungkin mendapatkan bantuan yang sebelumnya diperuntukkan WHO belum diumumkan oleh AS. Namun, Washington akan melihat kemungkinan entitas berbasis komunitas lokal dan organisasi berbasis agama, yang beberapa di antaranya telah bekerja sama dengan Washington, dapat mengambil alih sebagai mitra.

AS merupakan donor utama terbesar bagi WHO. Negara itu menyumbang lebih dari 400 juta dolar AS pada 2019, sekitar 15 persen dari anggarannya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement