Kamis 23 Apr 2020 08:00 WIB

JK: Tidak Ada Gunanya Mudik Sekarang, Sudah Ada PSBB

JK meminta masyarakat tidak melakukan mudik tahun ini.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
JK meminta masyarakat tidak melakukan mudik tahun ini. Larangan Mudik. Ilustrasi
Foto: Antara/Dedhez Anggara
JK meminta masyarakat tidak melakukan mudik tahun ini. Larangan Mudik. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla menyampaikan mudik bukan hal penting saat ini. Dalam pandangannya, mudik akan sia-sia belaka karena setiap daerah sudah serentak menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Banyak daerah di Indonesia sudah memberlakukan karantina bagi warga yang datang dari kota-kota besar. Maka, mudik yang biasanya memakan waktu seminggu, akan habis di masa karantina yang mencapai empat belas hari. 

Baca Juga

“Tidak ada gunanya mudik sekarang, mau dilarang atau tidak, karena semua daerah sudah memberikan aturan kalau datang dari kota besar. Jadi buat apa mudik? Keluar dari situ (tempat karantina) balik lagi (ke kota),” ujar JK saat mengikuti Rapat Pleno daring Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamis (23/4). 

Memilih untuk tidak mudik, menurut JK, adalah salah satu cara mengurangi sebab-sebab munculnya Covid-19. Menurutnya, kasus Covid-19 lebih parah dibandingkan dengan kejadian bencana alam sekelas tsunami sekalipun.  

Bencana alam separah apapun, biasanya akan ditangani pada bagian akibatnya, pada para korban yang berjatuhan. Namun Covid-19 ini, bukan hanya akibat yang harus ditangani, namun juga sebab-sebab yang terus muncul.   

"Sekarang ini, sebab dan akibatnya harus diselesaikan bersama, harus ada prioritas bersama-sama kita selesaikan,” ujar JK.  

Ia lantas menerangkan, Covid-19 bukan lagi sekadar wabah, melainkan sudah menjadi teror dunia. Menurutnya, tidak ada satupun negara di dunia yang 100 persen bisa mengatasi ini.

Bahkan, sekelas China yang semula dikira berhasil pun, ternyata kini kembali khawatir dengan hal yang mereka sebut sebagai kasus Covid-19 import. Bagi JK, musibah ini sangat keras karena menyangkut segala aspek kehidupan.   

Apapun yang dikerjakan, entah dalam aspek ekonomi maupun ibadah, tidak akan bisa selesai tanpa menyelesaikan sebab. Apapun yang diberikan kepada masyarakat, hanya sebagai pengisi agar masyarakat tetap semangat.  

"Apapun yang kita lakukan, tidak bisa tanpa mengurangi sebab. Waktunya kita bersatu melawan ini, kita bersama-sama, khususnya umat ini, bagaimana masing-masing menjaga kedisplinan memakai masker dan jarak,” lanjut Ketua DMI ini. 

JK menambahkan, beberapa ahli memprediksi puncak Covid-19 berlangsung pada Mei ini. Menurutnya, dengan kondisi berada di puncak, maka akibat yang ditimbulkan juga mencapai batas maksimal pula. 

Bukan hanya dari sisi kesehatan dengan berjatuhannya korban, melainkan dari sisi ekonomi juga akan sangat terasa. Dengan struktur penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Muslim, maka akan semakin banyak Muslim yang terkena imbas Covid-19. 

JK pun mendorong berbagai lembaga amil zakat, infak, maupun sedekah (ZIS) bahu membahu membantu sesama Muslim. Bila tidak, lanjut JK, maka akan timbul masalah keamanan seperti penjarahan di banyak tempat.  

“Bulan Mei, banyak yang memperkirakan puncaknya, berarti puncaknya pemutusan hubungan kerja (PHK), kemiskinan, dan kekurangan makanan, maka bagaimana kita bersama-sama mengefektifkan zakat, infak, sedekah, wakaf (ziswaf) bersama-sama kepada yang tidak mampu minimal melalui masjid,” katanya.   

Jika hal ini tidak dilakukan, ia menyebut akan timbul masalah keamanan. Ketika masyarakat mulai kesulitan mendapatkan makanan, bisa terjadi berbagai kejahatan, seperti penjarahan, dan hal-hal yang terjadi tahun 1998 lalu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement