Rabu 22 Apr 2020 19:18 WIB

Keterbatasan Mobilitas di Afrika Tekan Penularan Corona

Keterbatasan jaringan transportasi di Afrika bantu menekan penularan corona

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Seorang perwira polisi memerintahkan pembeli untuk menjaga jarak sosial saat antre di Harare, Zimbabwe. Keterbatasan jaringan transportasi di Afrika bantu menekan penularan corona. Ilustrasi.
Foto: EPA
Seorang perwira polisi memerintahkan pembeli untuk menjaga jarak sosial saat antre di Harare, Zimbabwe. Keterbatasan jaringan transportasi di Afrika bantu menekan penularan corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA — Para ahli telah memperingatkan risiko pandemi corona di Afrika, meski sejauh ini masih ada sedikit kasus dan kematian yang dilaporkan terkait penyakit infeksi ini di benua tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika menyebut respons yang cepat dari berbagai negara dan mobilitas warga di seluruh wilayah di benua itu telah berperan penting.

“Afrika berbeda karena kami mulai bertindak cepat. Ketika kami melihat pandemi menyebar, kami mulai bersiap dan pemerintah mulai menerapkan mekanisme untuk mengidentifikasi mereka yang mungkin memiliki penyakit, untuk mengujinya dan menindaklanjuti mereka yang mungkin telah terpapar,” ujar wakil direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika Ahmed Ogwell seperti dikutip Anadolu Agency, Rabu (22/4).

Baca Juga

Ouma mengatakan langkah-langkah itu dilakukan berdasarkan pengalaman Afrika di masa lalu dalam menghadapi wabah-wabah virus yang mematikan. Menurutnya, benua itu telah memulai dari awal berbagai tindakan pencegahan sejak Covid-19 ditemukan, tidak seperti banyak negara di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Mobilitas warga yang sedikit dan tidak adanya sistem transportasi yang cepat di banyak negara Afrika membuat perbedaan dalam dampak pandemi saat ini. Ouma mencontohkan seperti di Addis Ababa, ibu kota Ethiopia. Di sana banyak orang yang tidak melakukan perjalanan ke luar karena moda transportasi yang buruk.

“Di bagian lain dunia, perjalanan udara adalah cara yang paling umum. Orang-orang sering bepergian yang membuat virus melakukan perjalanan cepat,” jelas Ouma.

Meski demikian, Ouma mengatakan bukan berarti Afrika sepenuhnya aman dari bahaya pandemi Covid-19. Ia mengatakan benua itu akan tetap waspada dan memastikan tidak banyak orang yang terinfeksi karena virus corona jenis baru bisa menjadi bencana besar di sana.

Sejauh ini Afrika Timur menjadi wilayah benua yang paling sedikit terdampak Covid-19. Tercatat di Djibouti, dengan populasi 958.920, melaporkan 945 kasus infeksi virus. Kemudan EthiopIa dengan 110 juta penduduk sejauh ini telah mengonfirmasi 114 kasus.

Namun seperti banyak negara di seluruh dunia, Afrika juga cenderung menyaksikan penurunan tajam dalam produktivitas, kehilangan pekerjaan, dan pendapatan akibat pandemi Covid-19. Banyak perusahaan dan bisnis di kota-kota negara benua tersebut yang sangat rentan. Bisnis yang terdampak khususnya usaha kecil dan menengah (UKM) yang menyumbang 80 persen lapangan pekerjaan di Afrika.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan situasi wabah bisa menjadi semakin buruk dibandingkan saat ini. Meski tidak menjelaskan secara rinci alasan dari dugaan tersebut, ia sempat merujuk pada penyebaran penyakit di Afrika, di mana sistem kesehatan negara-negara di benua tersebut belum berkembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement