Rabu 22 Apr 2020 17:19 WIB

Dampak Pandemi, PLN Berpotensi Rugi Rp 44 Triliun

Penurunan konsumsi listrik di bagian Jawa dan Bali mencapai 9,7 persen

Rep: intan pratiwi/ Red: Hiru Muhammad
Warga memasukkan pulsa token listrik di tempat tinggalnya, di Jakarta, Selasa (1/4/2020). Dampak penyebaran pandemi COVID-19, Pemerintah menggratiskan pembayaran listrik bagi 24 juta masyarakat miskin, untuk pelanggan berdaya listrik 450 VA gratis biaya listrik selama tiga bulan (April-Juni 2020) sedangkan bagi pelanggan dengan daya 900 VA bersubsidi akan diberikan diskon 50 persen.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warga memasukkan pulsa token listrik di tempat tinggalnya, di Jakarta, Selasa (1/4/2020). Dampak penyebaran pandemi COVID-19, Pemerintah menggratiskan pembayaran listrik bagi 24 juta masyarakat miskin, untuk pelanggan berdaya listrik 450 VA gratis biaya listrik selama tiga bulan (April-Juni 2020) sedangkan bagi pelanggan dengan daya 900 VA bersubsidi akan diberikan diskon 50 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) mentaksir hingga akhir tahun tidak akan membukukan laba jika wabah corona terus bergulir. Perusahaan berpotensi akan merugi sampai Rp 44 triliun

Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini menjelaskan karena wabah Covid penurunan konsumsi listrik di bagian Jawa dan Bali mencapai 9,7 persen. Padahal wilayah ini merupakan tulang punggung reveneu perusahaan yang mencapai 72 persen dari keseluruhan pendapatan.

"Hal ini berdampak pada target pendapatan kami. Maka dari itu kami juga sudah mengajukan revisi RKAP pada seluruh pemegang saham," ujar Zul dalam rapat daring bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (21/4).

Zul menjelaskan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PLN 2020 penjualan listrik ditargetkan sebesar Rp256,7 triliun. Dengan adanya penurunan tersebut, PLN mengajukan revisi RKAP pada pemilik saham dengan target penjualan sebesar menjadi Rp221,5 triliun.

Selain itu, untuk pendapatan bisnis termasuk dengan memasukkan subsidi dalam RKAP ditargetkan sebesar Rp 301 triliun. Dengan adanya penurunan permintaan listrik maka pendapatannya menjadi Rp 257 triliun.

Artinya ada potensi kehilangan pendapatan sebesar Rp 44 triliun. Lebih lanjut, Zulkifli menambahkan setiap penurunan satu persen permintaan, maka dampak ke penurunan pendapatan sebesar Rp2,8 triliun."Sehingga selisih terdapat penurunan Rp 44  triliun. Itu terjadi akibat penurunan penjualan kami," tutur Zul.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement