Rabu 22 Apr 2020 16:27 WIB

Akhir Serie A Musim Ini Belum Jelas

Dewan Lega Serie A mengeluarkan pernyataan tegas untuk menyelesaikan musim ini.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Endro Yuwanto
Logo Serie A Liga Italia
Foto: forzaitalianfootball.com
Logo Serie A Liga Italia

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Sepak bola menjadi salah satu magnet di Italia. Secara global, Negeri Piza terkenal dengan kompetisi lapangan hijau kelas dunia.

Saat ini, ajang tersebut sejenak terhenti. Sejak Maret 2020 lalu, tak ada aktivitas para jugador mengolah si kulit bundar. Itu karena wabah virus corona yang menyerang negara tersebut.

Belakangan sejumlah pro-kontra terdengar. Ada yang berharap kompetisi kembali berlanjut. Tentu, setelah mendapat jaminan dari pihak berwenang.

Namun tak sedikit pula yang menentang hal itu. Pihak tersebut merasa tak perlu membangun harapan semu di tengah krisis ini. Esensi sepak bola sebagai hiburan lenyap.

Menyikapi suara-suara bising yang terdengar, Dewan Lega Serie A mengeluarkan pernyataan tegas untuk menyelesaikan musim ini. "Jika pemerintah mengizinkan, sepenuhnya kami mematuhi aturan demi kesehatan dan keselamatan," demikian laporan yang dikutip dari Football Italia, Selasa (21/5).

Andai liga bergulir lagi, itu menjadi bagian dari apa yang disebut fase dua. Semuanya berlangsung sesuai peraturan Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA), dan Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). Tentunya dengan selalu mengikuti protokal dari tim medis guna melindungi pemain dan semua pekerja profesional yang bertugas.

Pada pertengahan pekan ini, berbagai stakeholder di Negeri Spaghetti akan berdiskusi. Menteri Olahraga Italia, Vincenzo Spadafora dikabarkan bakal terlibat pertemuan dengan FIGC. "Saya akan bertemu FIGC yang siap mempresentasikan protokol pelatihan. Kami akan mengevaluasi secara bersama-sama," ujar Spadafora.

Masa lockdown di Italia berlangsung hingga 3 Mei 2020. Setelah itu, ada desas-desus pelatihan bakal dimulai kembali. Ia enggan mengonfirmasi hal itu secara pasti.

Situasi tidak memungkinkan untuk membuat sebuah prediksi. Sebab, menurut Spadafora, semua harus ditelaah dengan hati-hati. "Tetapi kami tidak memberikan ilusi jika pelatihan dimulai, otomatis kompetisi bakal berlanjut," ujar pejabat berusia 46 tahun itu.

Kompetisi terelite di Italia, Serie A, baru berlangsung selama 26 pekan. Sejumlah tim masih berharap ajang tersebut bisa diselesaikan. Tentu dengan berbagai penyesuaian.

Padatnya pertandingan akan terlihat. Sebab dengan cara itu, semua yang tertunda selama ini bisa dikejar. Kemudian pertarungan dipastikan tertutup bagi penonton di stadion.

Ini untuk mencegah potensi penularan wabah corona secara masif. Dalam konteks tersebut, terjadi perdebatan. Petinggi Brescia dan Sampdoria terang-terangan meminta Serie A musim 2019/2020 dibatalkan.

Menurut dua petinggi itu, sepak bola tidak hanya terdiri dari unsur bisnis. Tapi juga humanis. Tak ada andrenalin yang terpacu jika tanpa kehadiran penggemar di tribun.

Alasan lainnya, situasi belum benar-benar kondusif. Hingga saat ini, ratusan korban berjatuhan setiap hari. Sehingga, kurang elok jika jugador lapangan hijau beraksi dalam kondisi seperti ini.

Sebanyak tujuh klub dikabarkan menolak kompetisi dilanjutkan. Selain Brescia dan Sampdoria, ada Torino, Bologna. Kemudian Parma, SPAL, Udinese, dan Fiorentina.

Belakangan ada perubahan. Fiorentina dan Parma membantah isu tersebut. Dua klub tersebut mengaku selalu menerima apa pun keputusan yang ditetapkan penyelenggara dan pemerintah.

Pihak FIGC menunggu validasi dari pemerintah. Intinya FIGC tetap dalam posisi memperjuangkan kompetisi bisa berlanjut. Tapi keabsahan tentang jaminan keamanan serta kesehatan, datang dari pihak berwenang.

Dalam konteks ini, Menteri Kesehatan Italia, Roberto Speranza merespon. Secara personal, ia mengaku sebagai penggila bola. Tapi ada hal yang lebih diprioritaskan. "Membuka stadion atau sekolah, sama saja membuka kontak (penyebaran virus)," ujar dia.

Italia negara dengan jumlah korban Covid-19 terbanyak ketiga di dunia. Hingga saat ini, sudah 181.228 kasus di negeri tersebut. Sekitar 48.877 berhasil disembuhkan dan 24.114 mengalami kematian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement