Rabu 22 Apr 2020 11:05 WIB

Shinta Aprilia Terpanggil Merawat Pasien Positif Covid-19

Shinta berpikir dua kali lipat, gelisah, tidak bisa tidur satu malam.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
RSUD Kota Jayapura kini melayani pasien Covid-19.
Foto: Antara
RSUD Kota Jayapura kini melayani pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Berbekal keberanian dan permohonan penyertaan dari Tuhan, salah satu perawat perempuan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, Provinsi Papua ini memberanikan diri bergabung bersama rekan-rekannya untuk merawat, melayani, dan mengobati pasien terpapar Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di rumah sakit tersebut.

Namanya, Shinta Aprilia Awaludin. Shinta sempat ragu untuk mengisahkan pengalaman susah, senang yang dialami bersama tim medis yang ditunjuk oleh manajemen rumah sakit tersebut untuk menangani pasien corona yang dirujuk untuk di rawat di ruang isolasi rumah sakit rujukan nasional di wilayah paling timur Indonesia ini. Shinta didorong oleh dokter Gress Daimboa, dokter seniornya untuk menceritakan bagaimana perjuangan ia bersama tim melayani pasien Covid-19, akhirnya ia bercerita.

Sejak awal Maret 2020, wabah virus yang meliburkan seluruh aktivitas sekolah, perkantoran bahkan membatasi waktu pelaku usaha ini mulai merebak di Indonesia hingga masuk ke Papua, RSUD Jayapura mulai bergerak cepat membentuk tim medis untuk menangani pasien yang sudah terjangkit virus yang bermula dari negara Cina ini.

Awalnya, tim perawat yang dibentuk oleh rumah sakit milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua itu sebanyak 15 orang untuk bertugas. Ke 15 orang itu terdiri dari tenaga perawat sebanyak 13 orang, dan dua petugas cleaning service, serta dibantu satu petugas gizi dan satu petugas laboratorium.

 

Perempuan asal Sulawesi Tenggara ini ketika dipilih sebagai salah satu anggota tim medis perawatan Covid-19, dia berpikir dua kali lipat, gelisah, tidak bisa tidur satu malam. Rasa takut tiba-tiba menghantuinya karena virus ini berbahaya dan membunuh.

"Pertama ditunjuk, saya tidak bisa tidur satu malam, takut, pikir sepanjang malam sampe harus berdoa minta petunjuk dari Tuhan. Karena virus ini bukan main-main, tidak kelihatan namun bisa mematikan banyak orang, sehingga membuat dua kali lipat berpikir," kata Shinta.

Tetapi, berkat kekuatan doa yang dipanjatkan, sepenuhnya berserah diri kepada Tuhan dan mau melayani sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) rumah sakit, akhirnya perempuan satu anak ini kuat dan bersedia bergabung dalam tim untuk melayani penderita virus yang belum ada obatnya ini.

Dari ratusan tenaga perawat perempuan yang ada di rumah sakit yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan di wilayah Papua itu, hanya tiga orang perawat perempuan yang awalnya dipilih dalam tim medis, mereka adalah Shinta Aprilia Awaludin, Samalina Giyai dan Astriani.

"Kami di RSUD Jayapura dari sekian ratus tenaga perawat perempuan, awalnya kita tiga orang perempuan saja yang dipilih untuk melengkapi perawat laki-laki. Saya dan dua teman perempuan yaitu Samalina Giyai dan Astriani," ujar Shinta.

Di tengah pelayanan, manajemen rumah sakit itu menambah tenaga perawat yang melayani pasien virus corona karena RSUD Jayapura adalah salah satu rumah sakit yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan untuk melayani pasien rujukan virus corona.

Dua perawat perempuan ditambah untuk membantu tenaga laki-laki melayani pasien yang terjangkit virus yang tak kelihatan ini. Kedua perawat itu yakni Herlina dan Helda, sehingga jumlah perawat perempuan jadi lima orang.

"Tim awal itu kami perempuan hanya tiga orang, namun kini sudah ditambah, jadi jumlah perawat perempuannya ada lima orang," kata perempuan berusia 35 tahun ini.

Saban hari, petugas kesehatan yang dipilih bergantian jam jaga, berdampingan dengan perawat laki-laki dari pagi, sore hingga malam hari. Tak kenal lelah, bergantian melaksanakan tugas sesuai jadwal yang ditetapkan pihak rumah sakit.

"Kalau dinas pagi kamimasuknya pada pukul 08.00 WIT dan berakhir pada pukul 15.00 WIT karena kita harus membuka alat pelindung diri (APD) harus mandi, sterilkan badan lagi baru kita pulang ke asrama," ujar Shinta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement