Rabu 22 Apr 2020 02:53 WIB

Citigroup akan Berhenti Kucurkan Kredit ke Tambang Batu Bara

Citigroup berkomitmen untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Kantor pusat Citigroup di Amerika Serikat
Foto: exclusiveeconomy.com
Kantor pusat Citigroup di Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Citigroup Inc akan berhenti memberikan layanan keuangan kepada perusahaan pertambangan batu bara selama 10 tahun ke depan. Hal ini untuk membantu mempercepat pergeseran ekonomi dari bahan bakar fosil.

Dalam pernyataan Senin (20/4) disebutkan, pada tahun 2025, Citigroup tidak akan memberikan layanan penjaminan dan penasehat kepada industri dan akan memotong setengah eksposur kreditnya, Citigroup mengatakan Senin (20/4) dalam sebuah pernyataan. Bank berencana untuk menghilangkan eksposur ke sektor tersebut sepenuhnya pada tahun 2030.

Baca Juga

"Citi mengakui bahwa emisi dari sektor bahan bakar fosil khususnya harus dikurangi secara drastis pada dekade mendatang," kata perusahaan itu dalam pernyataannya, dilansir di Bloomberg, Selasa (21/4).

"Pergeseran dari bahan bakar fosil untuk mendapatkan sumber energi rendah karbon terbarukan dan lainnya akan memiliki efek signifikan pada klien dalam pembangkit listrik tenaga batu bara, penambangan batu bara, dan segmen tertentu dari sektor energi." jelas pernyataan tersebut.

Citigroup telah vokal tentang upayanya untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Tahun lalu, bank ini mencapai target empat tahun lebih cepat dari jadwal untuk membiayai 100 miliar dolar AS kegiatan yang mengatasi masalah perubahan iklim.

Citigroup memperbarui kerangka kebijakan lingkungan dan sosialnya pada Jumat (17/4) lalu dengan memasukkan target baru, serta komitmen untuk menolak pembiayaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas di Kutub Utara. Perusahaan mengatakan belum menyediakan pembiayaan seperti itu di masa lalu.

Citigroup mengatakan akan berhenti memberikan layanan keuangan terkait proyek untuk tambang batu bara dan pembangkit listrik tenaga batu bara.  Perusahaan itu sebelumnya telah membuat pengecualian untuk proyek-proyek di negara-negara miskin energi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement