Selasa 21 Apr 2020 17:32 WIB

WHO Ingatkan Situasi Terburuk Pandemi Covid-19 Masih Menanti

WHO ingatkan masih ada situasi yang lebih buruk dari pandemi Covid-19

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO ingatkan masih ada situasi yang lebih buruk dari pandemi Covid-19. Ilustrasi.
Foto: Martial Trezzini/EPA
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO ingatkan masih ada situasi yang lebih buruk dari pandemi Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa masih ada situasi yang lebih buruk dari pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). Ini menjadi alarm bagi banyak negara yang tengah bersiap untuk melonggarkan aturan pembatasan seperti lockdown dalam upaya mengendalikan penyebaran wabah.

Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, situasi wabah bisa menjadi semakin buruk dibandingkan saat ini, di mana hingga sekitar 2,5 juta orang di seluruh dunia terinfeksi dan lebih dari 166 ribu kematian yang tercatat. Meski tidak menjelaskan secara rinci alasan dari dugaan tersebut, ia sempat merujuk pada penyebaran penyakit di Afrika, di mana sistem kesehatan negara-negara di benua tersebut belum berkembang.

Baca Juga

“Percayalah pada kami, yang terburuk masih ada di depan. Mari mencegah tragedi, ini adalah virus yang masih belum dipahami banyak orang,” ujar Tedros seperti dilansir Times of Israel, Selasa (21/4).

Sebelumnya, pemerintah di sejumlah negara Asia dan Eropa dilaporkan mulai secara bertahap melonggarkan aturan dalam lockdown. Antara lain seperti karantina di rumah masing-masing, penutupan sekolah dan bisnis, serta adanya pembatasan pertemuan publik. Hal itu dilakukan seiring dengan menurunnya jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19.

Dalam salah satu pernyataan, Tedros membandingkan situasi saat ini dengan wabah flu Spanyol yang terjadi lebih dari seabad lalu. Ia mengatakan Covid-19 memiliki ‘kombinasi’ yang sangat berbahaya seperti flu pada 1918 tersebut yang tercatat menewaskan hingga 100 juta orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement