Selasa 21 Apr 2020 14:33 WIB

WHO Optimistis Singapura Bisa Tangani Gelombang Kedua Covid

Singapura menghadapi lonjakan kasus infeksi virus corona dari klaster pekerja migran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang memakai masker bedah saat istirahat makan siang mereka di Singapura, Selasa (14/4). Singapura pada 14 April mewajibkan semua orang untuk mengenakan maker di luar rumah
Foto: EPA-EFE / WALLACE WOON
Orang-orang memakai masker bedah saat istirahat makan siang mereka di Singapura, Selasa (14/4). Singapura pada 14 April mewajibkan semua orang untuk mengenakan maker di luar rumah

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Western Pacific, Takeshi Kasai mengatakan, Singapura memiliki sistem perawatan kesehatan dan kapasitas manajemen risiko untuk menangani peningkatan kasus infeksi virus corona (Covid-19). Negara tersebut diketahui sedang menghadapi lonjakan kasus infeksi virus corona dari klaster pekerja migran.

"Singapura sebelumnya memiliki pengalaman dalam menangani wabah virus dan meskipun menghadapi tantangan yang sangat sulit dari lonjakan infeksi, mereka dapat mengelolanya dengan baik," ujar Kasai.

Singapura mencatat jumlah infeksi virus corona jenis baru atau Covid-19 sebanyak 8.014 dan menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Lonjakan kasus baru virus corona di Singapura berkaitan dengan 323.000 pekerja migran yang tinggal di 43 asrama. Masing-masing asrama dihuni lebih dari 1000 orang dan ada juga yang dihuni oleh 1200 orang.

Menteri Tenaga Kerja Singapura, Josephine Teo mengaitkan penyebaran virus corona dengan pekerja yang bersosialisasi di asrama ketika hari libur. Kemudian mereka pergi ke asrama lain dan bertemu dengan teman-teman mereka.

Kasus infeksi virus corona tipe baru atau Covid-19 dari pekerja migran pertama kali dilaporkan pada 8 Februari. Virus tersebut menyerang seorang pria Bangladesh berusia 39 tahun yang bekerja di lokasi pembangunan Seletar Aerospace Heights. Dia telah mengunjungi Mustafa Centre sebelum dirawat di rumah sakit.

Pria itu diketahui tinggal di asrama The Leo. Pihak berwenang telah mengidentifikasi Mustafa Centre sebagai titik awal penyebaran virus korona di kalangan pekerja migran.

Lima infeksi Covid-19 lainnya dikonfirmasi di lokasi pembangunan Seletar Aerospace Heights. Klaster pertama diidentifikasi pada 30 Maret dengan empat kasus infeksi di asrama S11. Kasus infeksi di asrama pekerja migran melonjak dengan cepat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement