Pedagang Pasar Ramadhan di Kuala Lumpur Beralih Daring

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah

Senin 20 Apr 2020 15:52 WIB

Pedagang Pasar Ramadhan di Kuala Lumpur Beralih Daring. Foto: Malay Mail/Farhan Najib Pedagang Pasar Ramadhan di Kuala Lumpur Beralih Daring.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pasar-pasar Ramadhan di Kuala Lumpur tidak lagi dapat berjualan bebas seperti pada Ramadhan sebelumnya. Para pedagang mulai mempertimbangkan menjalankan bisnis daring agar bisa memiliki keuntungan dengan tetap mematuhi Perintah Pembatasan Gerakan (MCO).

Memasuki bulan puasa, pedagang telah diatur untuk bisa berjualan menu buka puasa dan sahur. Seperti Masthorah Ardi (53 tahun) yang akan menjual kuihnya atau manisan tradisional. Ramadhan kali ini, ia menggunakan metode antarjemput makanan pelanggannya oleh jasa pengiriman.

Baca Juga

Ibu tunggal tersebut tetap berjualan untuk memenuhi kebutuhan tiga anaknya. Karena menurutnya, bantuan dari pemerintah tidak akan cukup untuk menutupi kehidupan selama Ramadhan. Karena itu, ia berharap dengan berjualan manisan secara online akan membantu memenuhi kebutuhan keluarganya.

"Bantuan Prihatin dari pemerintah tidak cukup untuk bertahan sampai akhir bulan puasa," katanya dilansir dari Bernama, Senin (20/4)

Hal senada juga diungkapkan operator truk makanan milik Siti Marsyitah Abdullah Sahad (34). Siti mengaku tidak keberatan harus menghentikan sementara usaha makanannya pada Ramadhan kali ini. Siti mengaku memiliki usaha lain yakni bisnis butik online.

"Aku punya usaha cadangan. Saya juga kadang-kadang mempromosikan bisnis online pakaian Hari Raya saat menjalankan truk makanan saya,” kata Siti Marsyitah yang berasal dari Putrajaya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Federasi Penjaja Malaysia dan Pedagang Pedagang Malaysia (GPPPKM) Malaysia, Mohamed Zamri Mohammed, mengatakan platform 'Warong Digital' telah didirikan di seluruh negeri sehingga masyarakat Malaysia dapat memesan makanan secara online.

“Misalnya, di Wilayah Federal, kami bekerja dengan perusahaan pengiriman dan menggunakan pelari untuk membantu pedagang menjalankan bisnis mereka selama bulan Ramadhan," kata Zamri.

Para pedagang mungkin tidak dapat membuka tokonya seperti biasa. Karena itu, pemerintah menyediakan warung digital agar masyarakat tidak kehilangan mata pencahariannya. 

"Mereka mungkin tidak dapat berdagang dari toko fisik mereka, tetapi setidaknya mereka memiliki platform ini untuk membantu mereka mendapatkan penghasilan selama Ramadhan," kata Zamri.