Selasa 21 Apr 2020 06:03 WIB

Perayaan Hari Kartini Sebelum Indonesia Merdeka

Kini, perayaan Hari Kartini itu entah ke mana.

 RA Kartini
Foto:

Di Medan, panitia bersama perayaan Hari Kartini dibentuk pada 1950. Pada awalnya melibatkan Sembilan organisasi, namun dua organisasi kemudian diberitakan mengundurkan diri.

Semula ada Persatuan Wanita Republika Indonesia (Perwari), Wahita Taman Siswa, Persatuan Wanita Indonesia, Perpai, Gabungan Ibu, PNI, Ummatul Muslimat, Aisiyah, dan Perwab. Perwari dan Aisiyah mengundurkan diri. Bunga Kartini dijual untuk disumbangkan kepada panitia Kongres Rakyat.

Untuk menghormati jasa Kartini, pendopo pun dibangun di makam RA Kartini di Desa Bulu, Kabupaten Rembang. Dengan adanya pendopo itu, diharapkan memberi kenyamanan bagi orang-orang yang berziarah ke makam.

Lokasi makam ini di bukit pinggir jalan raya Rembang-Blora, Jawa Tengah. Pendopo diresmikan pada 19 April 1954.

Pendopo berbiaya Rp 60 ribu ini dibangun atas prakarsa Yayasan Kartini Rembang, yang mendapat sokongan dari Yayasan Kartini Surabaya. Maka, wali kota Surabaya pun turut hadir dalam peresmian itu. Untuk perayaan pada 1954 itu, Bidang Keputrian dari Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII-Putri) mengadakan kursus selama enam bulan tentang kerumahtanggaan dan pengetahuan umum.

photo
RA. Kartini bersama anak-anak didiknya, foto diambil dari buku Archipel 13: Etudes intersdiciplinaires sur le monde insulindien, Paris 1977 - (Google.com)

Pada 1954 ini pula, panitia perayaan Hari Kartini dibentuk di Jakarta. Melibatkan Perwari, Wanita Demokrat, Persit, Bhayangkari, Muslimat, dan Wanita Katolik.

Dengan adanya panitia bersama ini, organisasi lain yang sudah telanjur membentuk kepanitiaan sendiri diminta untuk menghubungi panitia bersama ini. Sekretariat ada di Jl Cikini Raya. Perayaan pada 21 April pagi melibatkan pejabat-pejabat perempuan pada 08.30 hingga 09.30. Bunga Kartini juga dijual di rumah Bu Soewirjo, istri wali kota Jakarta, di Jl Blitar.

Di masa pemerintahan Orde Baru, di setiap perayaan Hari Kartini, para pelajar perempuan selalu mengenakan kebaya. Jika ada lomba busana, maka ditampilkan pendamping pelajar lelaki yang mengenakan beskap lengkap dengan keris dan blangkon. Kini, perayaan itu entah ke mana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement