Ahad 19 Apr 2020 06:35 WIB

Tips Bagi Pebisnis Bertahan di Tengah Corona

Ada pebisnis yang terpaksa memotong gaji karyawan hingga mengubah strategi bisnisnya.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Pebisnis (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Pebisnis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumah pelaku bisnis membagikan tips bagi pemilik Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di tengah pandemi Covid-19. Mereka berbagi saran saat acara "SME Academy Talks" yang diselenggarakan oleh Bank DBS Indonesia dan ditayangkan via Instagram.

Wirausahawan Yasa Singgih, pemilik merek fashion pria Men’s Republic, menyampaikan hal yang dia lakukan untuk tetap bertahan pada kondisi saat ini. Hadir pula Rudi Antoni, seorang pakar bisnis yang turut memberikan tips dan wawasan bagi pelaku usaha.

Yasa bercerita, bisnisnya terdampak Covid-19 sejak Januari 2020, sebelum Presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga Indonesia yang terkonfirmasi positif virus corona. Supply chain bisnisnya terganggu karena bahan pasokan dari China terhambat.

Terganggunya rantai pasokan menyebabkan produksi Men’s Republic mengalami perlambatan. Meskipun model bisnis dijalankan secara daring, namun penjualan amat terdampak, terlebih sejak aturan pembatasan fisik dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

 

Sebagai solusi, Yasa mengubah caranya dalam menjalankan bisnis, dari yang semula mode menyerang menjadi mode bertahan. Upaya yang dilakukan mulai dari efisiensi biaya untuk kegiatan branding dan menunda kegiatan ekspansi perusahaan.

Dalam internal perusahaan, diberlakukan pemotongan gaji bagi beberapa karyawan, bahkan Yasa tak mengambil gaji bagi dirinya sendiri sebagai pimpinan. Langkah tersebut dibutuhkan untuk menjaga arus kas jangka panjang di tengah ketidakpastian.

Dengan kondisi di mana alat kesehatan sangat dibutuhkan, Men’s Republic ikut memproduksi dan menjual masker. Perusahaan mengomunikasikan kepada pelanggan bahwa dengan membeli produk itu artinya membantu para perajin untuk tetap dapat bertahan hidup.

Selama masa pandemi ini, terjadi pergeseran kebutuhan masyarakat. Mereka cenderung mengesampingkan hal-hal sekunder, seperti kebutuhan fashion, termasuk sepatu. Karenanya, Yasa mengambil strategi pemasaran seperti memberikan potongan harga semua produk.

Langkah lain yang diambil Yasa adalah memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah alias WFH. Dia mewajibkan karyawannya untuk mengisi aplikasi update pekerjaan supaya produktivitas perusahaan tetap terjaga.

"Kami juga secara aktif menginformasikan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencegah penularan virus seperti melakukan penyemprotan desinfektan pada gudang, dan pengecekan suhu tubuh pekerja," kata Yasa lewat pernyataan resminya.

Rudi Antoni, sebagai seorang pakar bisnis yang telah malang-melintang memberikan business coaching, membenarkan bahwa pada situasi saat ini penting bagi perusahaan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan konsumen, karyawan, komunitas, juga mitra.

Dia memberikan saran, pelaku bisnis perlu membuat rencana harian dengan minimal enam aktivitas yang harus dilakukan. Aktivitas itu mulai dari yang paling prioritas atau yang dapat memberikan pemasukan bagi perusahaan.

Rudi menjelaskan, keputusan membeli konsumen ditentukan oleh logika sebesar 20 persen dan emosional sebesar 80 persen. Konsumen terdorong untuk membeli sesuatu yang memiliki nilai lebih. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk memaksimalkan aspek emosional.

"Pada kondisi saat ini, perusahaan dapat menyentuh aspek emosional pembeli dengan mendonasikan sebagian hasil penjualan untuk penanganan Covid-19 di Indonesia," ujarnya.

Saran lain dari Rudi adalah mengubah posisi karyawan dari cost center menjadi profit center. Misalnya, perusahaan menjadikan setiap karyawan sebagai tenaga penjual dengan menghubungi pelanggan sehingga perusahaan dapat menjangkau lebih banyak konsumen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement