Ahad 19 Apr 2020 04:23 WIB

Kisah Sopir Ambulans Mengantar Jenazah Covid-19

Kekhawatiran sopir ambulans di antaranya penolakan dari warga di lokasi pemakaman.

[Ilustrasi] Pekerja dengan pakaian pelindung mengeluarkan peti mati dari ambulans untuk dimakamkan.
Foto: AP / Binsar Bakkara
[Ilustrasi] Pekerja dengan pakaian pelindung mengeluarkan peti mati dari ambulans untuk dimakamkan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sopir ambulans pengantar jenazah yang meninggal dunia akibat Covid-19 memiliki peran penting dalam penanganan pandemi virus corona jenis baru tersebut. Tidak berlebihan jika pekerjaan mereka saat ini terbilang spesial.

Sebab, peran dan fungsi sopir ambulans juga tidak dimiliki oleh orang lain pada umumnya. Selain jago mengemudi, sang sopir juga harus memiliki mental kuat, ditambah bayang-bayang infeksi virus corona jenis baru itu.

Baca Juga

Saat mengantar dan menyopiri ambulans juga tidak seperti biasanya. Mereka harus menggunakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap disertai bekal atau cara memperlakukan jenazah yang secara khusus itu.

Salah seorang dari mereka adalah Dwi Prasetyo Cahyanto. Ia perawat sekaligus pengantar jenazah positif Covid-19 dari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya menuju Kertosono, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

"Saya mengantar berdua menggunakan mobil ambulans, didampingi seorang dokter. Kami semua memakai alat pelindung diri atau APD medis lengkap," katanya.

Perasaan was-was menghantui selama perjalanan menuju Kertosono yang memakan waktu dua jam lebih karena stigma Covid-19 yang berkembang di masyarakat. Selain merasa takut terjadi apa-apa di jalan, Dwi juga membayangkan akan ada penolakan dari warga di lokasi pemakaman.

Namun, semua yang dibayangkan tidak terjadi. Sejak awal berangkat, sebenarnya telah dilakukan koordinasi dengan aparat kepolisian, TNI, dan perangkat desa setempat yang akan membantu kelancaran proses pemakaman.

"Pemakaman berlangsung sekitar pukul tujuh malam. Sedikit deg-degan juga. Saya lihat keluarga jenazah juga turut hadir," ucapnya.

photo
Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSUD Dokter Soetomo, Surabaya. - (Antara/Moch Asim)

Sopir ambulans lainnya yang juga perawat dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, Putra, juga mengisahkan pengalamannya saat mendapat tugas mengantar jenazah positif Covid-19 ke tempat pemakaman umum yang berlokasi di tengah permukiman padat penduduk di kawasan Putat Jaya Surabaya. "Saya mengantar berdua menggunakan mobil ambulans, dengan mengenakan APD lengkap. Sampai di lokasi pemakaman saya lihat banyak warga berkerumun," katanya.

Kerumunan warga itu dibubarkan oleh aparat kepolisian dan TNI karena sebelum berangkat ke lokasi pemakaman sudah ada koordinasi dengan pihak RSUD Dr Soetomo. "Alhamdulillah, masyarakat bisa menerima dan proses pemakaman berlangsung lancar. Waktu itu masyarakat tetap bisa melihat proses pemakaman tapi dari jarak yang cukup jauh," katanya.

Perawat RSUD Dr Soetomo Surabaya lainnya, Nizar, mengisahkan pengalaman saat mengantar jenazah positif COVID-19 menuju tempat pemakaman di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. "Sempat khawatir ditolak warga. Syukurlah warga bisa menerima dan proses pemakaman berjalan lancar," tuturnya.

Ia berpesan kepada masyarakat, khususnya Jawa Timur, agar selalu mengikuti anjuran pemerintah terkait dengan pandemi. Anjuran itu seperti berdiam di rumah, membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, serta jaga jarak fisik.

"Bagi yang saat ini sedang berkumpul dengan keluarga, manfaatkan waktu itu dengan baik. Kami sangat ingin dengan keluarga, tapi sekarang masih tidak bisa karena harus menjalankan tugas ini," katanya.

Apresiasi

photo
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa - (ANTARA/moch asim)

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi para petugas kesehatan yang mendapat tugas khusus mengantar jenazah yang terkonfirmasi positif Covid-19 ke tempat peristirahatan terakhir. Mantan menterisSosial itu, juga bersyukur ketika mendengar mayoritas masyarakat di Jawa Timur bisa menerima kehadiran jenazah positif COVID-19 sehingga proses pemakaman bisa berjalan lancar.

Kendati demikian, Pemerintah Provinsi Jawa Timur merasa perlu menyediakan lahan pemakaman bagi jenazah pasien Covid-19. Hal ini untuk berjaga-jaga seandainya ada warga di tempat asal yang menolaknya.

Saat ini, telah disiapkan lahan milik Perhutani yang ada di 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur untuk tempat pemakaman jenazah pasien Covid-19. "Areal pemakaman yang telah kami siapkan berjarak minimal 50 meter dari sumber air dan 500 mater dari permukiman warga. Kami tidak bisa menyebutkan satu persatu titik lokasinya," katanya.

Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama itu, malah berharap lahan pemakaman yang telah disiapkan agar tidak pernah digunakan. "Karena jenazah pasien positif Covid-19 yang akan dikebumikan telah melalui beberapa prosedur, seperti dibungkus plastik khusus, dimasukkan peti dan tidak boleh dibuka. Maka kami harap masyarakat bisa menerima agar jenazah bisa dikebumikan di pemakaman tempat asalnya," katanya.

Seorang pakar kesehatan memastikan pasien yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19 tidak akan menularkan penyakitnya kepada orang lain.

photo
Anggota TNI dan Polri menggunakan helm menyerupai bentuk virus Corona saat sosialisasi penggunaan masker di Jalan KH Wahid Hasyim, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat (17/4/2020). - (Antara/Syaiful Arif)

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi mengungkapkan setiap virus hanya bisa hidup dengan cara menumpang pada inangnya, yaitu sel manusia. 

"Maka ketika pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 meninggal dunia, virus yang ada di dalam tubuhnya ikut mati," katanya.

Memang, lanjut dia, terhadap pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia, ada pedoman khusus atau prosedur tetap (protap) untuk mengkremasi. Salah satunya, jenazah dimasukkan ke kantong plastik.

"Harus dimasukkan kantong plastik karena tidak boleh ada cairan yang keluar dari tubuh pasien Covid-19 yang meninggal dunia," ujarnya.

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya itu memastikan plastik untuk membungkus jenazah pasien juga telah disemprot disinfektan. Setelah itu, jenazah yang telah dikremasi menurut pedoman tersebut diantar ke tempat peristirahatannya terakhir dengan menggunakan ambulans.

"Sebenarnya kalau pedoman kremasi ini dijalankan tidak ada masalah bagi orang lain, seperti keluarga atau para tetangganya turut mengantar ke pemakaman," ucapnya.

Pedoman kremasi bagi pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia itu, telah disebar ke seluruh rumah sakit se- Indonesia. "Pihak rumah sakit sudah paham betul apa yang harus dilakukan ketika ada pasien berstatus positif Covid-19 meninggal dunia, sehingga pasti melaksanakan pedoman kremasi seperti yang telah ditetapkan," katanya.

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, hingga Jumat (17/4), pukul 17.00 WIB, jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di seluruh kabupaten/kota se-Jatim tercatat 522 orang serta 1.826 orang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan 15.942 orang dalam pemantauan (ODP).

Sejauh ini, 62 pasien positif Covid-19 di Jawa Timur atau setara dengan 18,4 persen dari keseluruhan kasus, telah terkonversi negatif atau dinyatakan sembuh. Sedangkan pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia berjumlah 48 orang atau 9,2 persen dari keseluruhan kasus.

Dalam kaitan dengan penanganan jenazah pasien positif COVID-19 itulah, para sopir ambulans yang membawanya ke tempat peristirahatan terakhir tersebut, berjibaku mengatasi pandemi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement