Jumat 17 Apr 2020 20:29 WIB

Membaca Prediksi Presiden

Kehidupan setelah wabah corona tidak sepenuhnya berisikan keceriaan.

Firsan Nova
Foto: dokpri
Firsan Nova

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Firsan Nova*

Presiden Joko Widodo memprediksi wabah virus corona di Indonesia akan selesai akhir tahun ini. Keyakinan Presiden disampaikan dalam rapat terbatas mitigasi dampak Covid-19, pada hari Kamis (16/4/2020). Harapan publik “derita” ini akan berakhir sebelum Iedul Fitri bak punguk merindukan bulan. Berat kemungkinan untuk terjadi.

Dalam daur hidup krisis (crisis life cycles) terdapat lima fase. Kelima fase tersebut yakni pre-crisis, warning, acute, clean-up dan recovery. Pre-crisis dan warning phase sudah lewat. Fase yang kita abaikan saat WHO dan Harvard University memperingatkan bahaya Covid-19. Namun saat itu kepercayaan diri kita luar biasa tinggi. Hasilnya adalah fatality rate di Indonesia paling tinggi di dunia, sekitar 8%.

Pemerintah memprediksi jumlah kasus positif corona akan terus bertambah. Puncak tertinggi adalah Mei hingga Juni, diprediksi saat itu 95.000 orang akan terpapar Covid-19. Artinya fase krisis akut akan terjadi di bulan Mei dan Juni.

Setelah fase akut selesai, barulah kita memasuki fase clean-up. Fase clean-up indikasinya adalah penyebaran virus sudah berhasil ditangani. Fokus pemerintah adalah menyembuhkan pasien. 

Setelah fase clean-up itu, kondisi kembali normal. Virus berhasil ditangani, pandemi berakhir dan tidak ada lagi masyarakat yang terkena covid-19. Fase ini disebut dengan fase recovery. Namun pada fase recovery ini, jika tidak dikawal maka situasi bisa kembali ke fase akut. Krisis terjadi lagi.

Jika fase akut terjadi pada bulan Mei, dan Presiden memprediksi akhir tahun kita sudah masuk pada fase recovery. Secara tidak langsung Presiden memberikan waktu 6-7 bulan kepada tim gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 untuk menyelesaikan pandemi ini. Tantangan yang harus dijawab dengan kerja keras, dukungan pemerintah dan juga partisipasi masyarakat.

Hidup setelah corona

The optimists sees the light at the end of the tunnel. But the realists sees the light at the end of the tunnel and knows that there is another tunnel after the light.

Sekiranya Presiden benar, maka kehidupan di fase recovery tak sepenuhnya berisi keceriaan. Ekonomi terlanjur jatuh, gelombang PHK memicu rendahnya daya beli masyarakat, anggaran pemerintah tak lagi segagah sebelumnya. 

Masyarakat bisa keluar rumah, namun daya beli rendah. Toko-toko buka, namun pembeli berkurang drastis. Maka, fase setelah Covid-19 adalah fase kita menghadapi situasi ekonomi yang tak baik.

Prediksi Presiden Jokowi dan IMF menyatakan bahwa situasi perekonomian baru akan membaik di tahun 2021. Perusahaan dan juga kita sebagai masyarakat mau tak mau harus putar otak karena recovery time memakan waktu sekitar satu tahun.

Apa yang harus dilakukan untuk bertahan selama itu? Tak ada pilihan selain memikirkan strategi alternatif (emergent strategy). 

Rencana cadangan disiapkan untuk mengantisipasi situasi yang terjadi. Emergent strategy terlihat di bisnis perhotelan.

Mereka banting setir dari hotel bintang 5 menjadi bisnis catering. Mereka dengan tidak malu-malu menawarkan layanan antar makanan untuk masyarakat dengan harga yang terjangkau. So, be strong, because things will get better. It may be stormy now, but it never rain forever.

* CEO Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication, penulis buku komunikasi

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement