Rabu 20 Apr 2022 23:43 WIB

Mengapa Doa Belum Dikabulkan Allah?

Doa hendaknya diiringi keyakinan akan dikabulkan oleh Allah SWT

Berdoa (Ilustrasi): Mengapa doa belum dikabulkan?
Foto: Republika/Thoudy Badai
Berdoa (Ilustrasi): Mengapa doa belum dikabulkan?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam menganjurkan umat untuk banyak-banyak berdoa kepada Allah SWT. Dengan berdoa, seorang Muslim akan merasa diri dekat dan tunduk kepada-Nya. Doa juga menjadi jalan di samping berikhtiar demi mendapatkan suatu keinginan, selama tujuannya bukanlah maksiat.

Namun, barangkali tebersit pemikiran, mengapa suatu doa tak kunjung dikabulkan oleh Allah SWT?

Baca Juga

Alquran secara tegas menyatakan, "Tuhanmu berfirman: Berdoalah, niscaya Ku-kabulkan permintaanmu" (QS. 40: 60). Dalam ayat lain, Allah SWT menyatakan, "Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku" (QS al-Baqarah ayat 186).

Ungkapan "orang yang berdoa apabila ia berdoa" menunjukkan, boleh jadi ada seorang insan yang bermohon kepada-Nya, tetapi dalam penilaian Allah, orang itu belum berdoa. 

Ayat di atas juga mengisyaratkan, seorang Mukmin yang berdoa haruslah terlebih dahulu "memperkenankan panggilan/melaksanakan ajaran agama."

Ini sejalan dengan pesan Rasulullah SAW. Beliau menguraikan keadaan seseorang yang menengadah ke langit dan berseru, "Tuhanku, perkenankan doaku!"

Namun, makanan yang dimakan orang itu dari jalan yang haram. Pakaian yang dikenakannya pun didapat dari cara yang haram. Maka, bagaimana mungkin doanya dikabulkan?

Oleh karena itu, bila ingin doa dikabulkan, hendaknya bersihkan diri terlebih dahulu dari harta-harta yang haram dan syubhat (diragukan kehalalannya).

Selanjutnya, ayat di atas juga memerintahkan manusia agar percaya kepada-Nya. Bukan saja dalam arti mengakui keesaan Allah SWT, tetapi juga meyakini, Dia akan memilih yang terbaik untuk si pemohon. Percaya, Allah Ta'ala tidak akan menyia-nyiakan doa.

Allah Mahamengetahui, sedangkan manusia tidak mengetahui. Bisa jadi, doa kita dikabulkan, tetapi tak langsung segera.

Mungkin saja, terkabulnya doa itu berupa rahmat dari-Nya kelak di akhirat. Atau, Allah SWT memberikan suatu anugerah lain di luar keinginan si pendoa dan justru pemberian Allah itulah yang benar-benar dibutuhkan olehnya.

Rasul SAW bersabda, "Berdoalah kepada Allah disertai dengan keyakinan bahwa Allah akan memperkenankan."

Alhasil, berdoa pun memerlukan kesabaran. Jagalah diri agar selalu berprasangka baik terhadap Allah Ta'ala.

Adab berdoa

Dari sekian banyak ayat dan hadis diperoleh petunjuk tentang berdoa, antara lain bahwa doa dimulai dengan mengucapkan Alhamdulillah, memuji Allah atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya selama ini, sebagai pengakuan tentang kasih sayang-Nya.

Sehingga kalaupun apa yang akan diminta tidak/belum terpenuhi, maka itu tidak mengantar kepada kekesalan atau rasa ketidak adilan Ilahi. Setelah itu mengucapkan salawat, dalam arti permohonan kepada-Nya agar Nabi Muhammad SAW dilimpahi oleh-Nya rahmat dan kasih sayang.

Ini dinilai sebagai kunci pembuka, karena Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Ilahi, dan melalui beliau kita umatnya memperoleh petunjuk. Salawat ini membuktikan rasa terima kasih kita kepada beliau. Maka, dengan mengucapkannya kita mengharapkan akan memperoleh pula percikan kasih sayang-Nya.

Setelah itu barulah ajukan permohonan, dan jangan lupa bermohon pula untuk orang lain.

Ini seperti anjuran sebuah riwayat: "Jika seseorang berdoa untuk orang lain, malaikat akan berdoa, 'Ya Allah, anugerahilah yang berdoa ini seperti apa yang dimintakannya untuk orang lain.'"

Selanjutnya, ucapkanlah Subhanallah, mensucikan Allah dari segala kekurangan antara lain sifat kikir atau tidak adil.

Setelah itu, akhirilah doa dengan mensyukurinya sekali lagi sebagaimana petunjuk Alquran: "Akhir doa mereka adalah Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin" (QS. 10: 10).

Ini mengandung makna bahwa si pemohon penuh dengan optimisme bahwa doanya tidak akan disia-siakan Allah. Tentu saja semua itu hendaknya dilakukan dengan khusyuk dan rendah hati sebagaimana diajarkan oleh ayat Alquran (QS 7: 55).

sumber : Tanya jawab fikih Koran Republika bersama Quraish Shihab.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement