Jumat 17 Apr 2020 09:09 WIB

Hikmah di Balik Penutupan Umroh

Kini banyak biro perjalanan haji dan umroh beralih menggarap wisata Muslim.

Rep: Febryan A/ Red: Irwan Kelana
Suasana jamaah umroh melakukan tawaf di Mataf .t
Foto: Muhammad Subarkah
Suasana jamaah umroh melakukan tawaf di Mataf .t

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arab Saudi menutup ibadah umroh sejak 27 Februari lalu karena Covid-19. Biro perjalanan haji dan umroh pun mengalami kerugian besar. Namun sejumlah pihak meyakini ada hikmah di balik kejadian ini. Salah satunya mengingatkan bahwa pasar wisata Muslim selama ini belum digarap optimal.

Penutupan ibadah umroh itu sempat dikabarkan hanya berlangsung dua pekan. Serikat Penyelenggara Umroh dan Haji (Sapuhi) pun menghitung, kerugian biro perjalanan haji dan umrah selama itu akan mencapai Rp 1 triliun.  

Namun hingga kini, penutupan ibadah umroh masih terus berlangsung. Dan belum ada tanda-tanda akan dibuka kembali. Kerugian pun tentu telah berlipat ganda. 

Apalagi jumlah jamaah umroh dari Indonesia sangat besar. Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Mohammad Hery Saripudin, mengatakan, setiap tahunya terdapat 1,2 juta rakyat Indonesia yang melaksanakan umroh. Sedangkan untuk ibadah haji jumlahnya 221 ribu jamaah.

Ketua Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF),  Priyadi Abadi berpendapat, disetopnya ibadah umroh ini akan membuat biro perjalanan Muslim mencari solusi lain. Salah satunya dengan mulai menggarap pasar wisata Muslim. Yakni sektor wisata yang menawarkan perjalanan wisata dengan pelayanan serba halal.

"Kita ini, travel muslim harus mengakomodir kebutuhan Muslim traveler (wisatawan Muslim). Sebab mereka juga butuh jalan-jalan, tidak hanya haji dan umroh," kata Priyadi, Rabu (15/4).

Ia menjelaskan, selama ini biro perjalanan Muslim hanya fokus ke haji dan umroh lantaran pasarnya yang cukup besar. Walhasil, wisatawan Muslim yang hendak jalan-jalan ke destinasi ataupun negara non-Muslim terpaksa menggunakan jasa biro perjalanan umum. "Kalau tidak di kelola travel muslim, misalnya tujuan ke Bali, itu bisa salah makan juga lho," kata Priyadi menjelaskan pentingnya memastikan makanan halal bagi wisatawan Muslim.

Ketua Forum Halal Tourism, Gunawan Surbakti, mengatakan, penutupan ibadah umroh memang telah membuat biro perjalanan haji dan umroh beralih menggarap wisata Muslim. Hal itu sudah dimulai sejak pekan pertama ibadah umroh ditutup.

Namun, lanjut dia, pengalihan itu ternyata hanya bisa dinikmati sebentar saja. Pasalnya, sejumlah negara Eropa juga terjangkit Covid-19 atau Corona  sekitar sebulan hingga dua bulan sesudahnya. "Ternyata seluruh dunia terinfeksi Corona," katanya, Selasa (14/4).

Walhasil, banyak grup wisata Muslim tujuan Eropa yang dibatalkan. Ada pula yang terpaksa memperpendek durasi karena sudah terlanjur berada di sana. "Bahkan wisatawan Muslim yang ke Masjid Al Aqsa banyak yang terjebak. Tidak bisa masuk maupun keluar," ucapnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement