Jumat 17 Apr 2020 02:19 WIB

Ancaman Gelombang Kedua, Dokter Paru Ingin Karantina Wilayah

Dokter Andika mengingatkan antisipasi gelombang kedua dengan karantina wilayah.

Perawat dengan mengenakan pakaian APD (Alat Pelindung Diri) berupa baju Hazmat (Hazardous Material) melayani pasien kedua suspect (terduga penderita) COVID-19.. Dokter paru Rumah Sakit Persahabatan dr. Andika Chandra Putra mendesak pemberlakuan karantina wilayah guna mengantisipasi kemungkinan terjadi gelombang kedua penyebaran wabah COVID-19.
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Perawat dengan mengenakan pakaian APD (Alat Pelindung Diri) berupa baju Hazmat (Hazardous Material) melayani pasien kedua suspect (terduga penderita) COVID-19.. Dokter paru Rumah Sakit Persahabatan dr. Andika Chandra Putra mendesak pemberlakuan karantina wilayah guna mengantisipasi kemungkinan terjadi gelombang kedua penyebaran wabah COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter paru-paru Rumah Sakit Persahabatan, dr Andika Chandra Putra, mendesak pemberlakuan karantina wilayah guna mengantisipasi kemungkinan terjadi gelombang kedua penyebaran wabah Covid-19. "Karena kita sedang di fase akselerasi, tentu lockdown-nya harus benar-benar kita lakukan," katanya melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis (16/4).

Ia mengatakan, kemungkinan gelombang kedua penyebaran virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19, dapat terjadi di Indonesia seperti halnya di beberapa negara lain. Gelombang kedua penyebaran kasus tersebut, menurut dia, ditandai dengan kasus reinfeksi pada kasus yang sebelumnya telah dinyatakan negatif ataupun berupa penemuan kasus penyebaran baru setelah terjadi penurunan dari puncaknya, baik secara lokal maupun kasus impor (imported cases).

Ia menganggap pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) belum efektif menghambat penyebaran virus, dengan masih banyaknya antrean orang saat menggunakan angkutan umum massal sehingga sulit menerapkan imbauan menjaga jarak. "Karena kita lihat belum sepenuhnya lockdown. Kemudian, prinsip-prinsip social distancing juga belum sepenuhnya diterapkan," katanya.

Ditambah lagi, menurut dia, kapasitas tenaga medis dan kelengkapan alat medis yang terbatas di tengah banyaknya kasus yang terus meningkat. Ia berharap pemerintah pemerintah memperketat kebijakan PSBB dengan melakukan karantina wilayah sehingga kasus yang telah ada di satu wilayah tidak menyebar ke wilayah lain karena mobilitas masyarakat belum benar-benar dihentikan.

Selain menilai perlunya melakukan karantina wilayah, ia juga meminta masyarakat untuk lebih waspada dan benar-benar manaati seruan untuk menjaga jarak dan sebisa mungkin tetap berada di dalam rumah guna membatasi penyebaran wabah dan tidak semakin memperparah situasi. "Karena seiring dengan bertambah lamanya PSBB ini tentu baik tenaga medis maupun masyarakat tentu akan lelah. Lelah secara pikiran, tenaga, dan kondisi psikologi yang ikut memengaruhi," katanya.

"Makanya saya selalu mengibaratkan enggak apa-apa kita bersakit-sakit dahulu tapi singkat, daripada kita lengah tetapi dalam jangka waktu yang lama," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement