Kamis 16 Apr 2020 19:24 WIB

Cara Para Bintang IBL Hadapi Kejenuhan Karantina

Sudah sekitar sebulan mereka menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga.

Rep: Fitriyanto/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Seorang penonton yang mengenakan masker melintas di depan baliho Indonesia Basketball League (IBL) 2020 Seri VII di GOR Bimasakti, Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Seorang penonton yang mengenakan masker melintas di depan baliho Indonesia Basketball League (IBL) 2020 Seri VII di GOR Bimasakti, Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi virus corona membuat masyarakat diminta untuk lebih banyak tinggal di rumah. Imbauan ini juga berlaku bagi pemain basket yang berkompetisi di Indonesia Basketball League (IBL), sudah sekitar sebulan mereka menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga. Walaupun memang tetap berlatih seadanya hanya untuk sekadar menjaga kebugaran tubuh. Dengan keterbatasan perlengkapan kebugara serta lapangan basket dia sekitar rumah, sebagian pebasket menjaga kebugaran dengan alat seadanya. Soal latihan teknik, itu nomor sekian. Pemain Satria Muda Pertamina, Muhammad Rizal Falconi menceritakan, sudah sekitar satu bulan ini tidak menembak bola basket ke ring. Hal itu karena tidak adanya lapangan basket yang dekat dengan rumahnya di kawasan Bekasi, Jawa Barat. "Latihan fisik untuk menjaga kebugaran kita sudah ada program dari pelatih. Tetapi untuk teknik khususnya menembak bola basket ke ring memang tidak pernah. Karena dekat rumah kebetulan tidak ada lapangan basket. Jadi fokus jaga kebugaran fisik saja jadi kalau nanti IBL dilanjutkan secara fisik sudah siap." Kata Rizal, kepada Republika. Sebenarnya mess di Kelapa Gading, Jakarta Utara yang merupakan markas Satria Muda, kata dia, bisa dipergunakan untuk latihan. "Namun situasinya tidak memungkinkan, kita was-was kalau mau keluar rumah agak jauh apalagi ke Kelapa Gading," kata dia. Kesulitan berlatih di lapangan basket juga dialami pemain Pelita Jaya Andakara Prastawa Dhyaksa. Putra dari pasangan Rastafari Borong dan Julisa Rastafari ini kesulitan melakukan latihan menembak, padahal dirinya adalah seorang shooting guard. "Paling kita perbanyak latihan dribble saja, karena di rumah juga tidak ada ring basket," ujarnya. Berbeda dengan Rizal dan Prastawa, pebasket senior Satria Muda Fadlan Minallah lebih beruntung. Selain rutin melakukan latihan fisik sesuai dengan arahan pelatih, Fadlan masih kerap bermain basket. Ini dia lakukan di lapangan basket di dekat rumahnya di daerah Praya, Lombok Tengah, Lombok Nusa Tenggara Barat. "Lapangan yang istimewa bagi saya karena dahulu tempat saya mulai kenal basket. Saya manfaatkan untuk sekedar shooting agar tidak kaku dan lakukan drill-drill sedikit, hanya itu," ujarnya. Meski tergolong senior, soal fisik, ia tidak mau kalah dari yang lebih muda. Fadlan mengatakan, untuk menjaga fisik, latihan di pusat kebugaran menjadi menu wajib setiap sore. "Saya lakukan hampir setiap hari jaga kondisi disini, harus lawan rasa malas agar nanti pas IBL di gelar kembali, saya sudah 100 persen siap secara fisik," kata dia. Banyaknya waktu luang di rumah juga dimanfaatkan para pebasket untuk lebih dekat dengan keluarga. Bahkan bagi yang sudah berumah tangga mereka membantu istri sesekali ke dapur untuk memasak. Hal yang sulit dilakukan jika dalam kondisi normal mengingat semua pemain tinggal di mess. Pemain Indonesia Patriots Arki Dikania Wisnu salah satu pebasket yang memanfaatkan waktu di rumah untuk memasak. "Sementara di rumah saya bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga saya. Lakukan hal-hal yang biasanya tidak saya lakukan dengan mereka setiap hari, saya sering bermain dengan putri saya, memberinya pekerjaan sekolah kecil sehingga tidak hanya bermain sepanjang hari, saya memasak untuk keluarga saya, membersihkan rumah, lakukan beberapa latihan agar tetap aktif dan bugar, dan membaca," papar Arki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement