Kamis 16 Apr 2020 15:46 WIB

Pertamina: Secara Keekonomian Lebih Baik Kita Impor Minyak

Harga minyak yang anjlok di 30 dolar AS membuat kegiatan hulu migas tak ekonomis.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati. PT Pertamina (Persero) mengaku di tengah anjloknya harga minyak dan wabah corona saat ini membuat kegiatan hulu migas menjadi tidak ekonomis. Dibandingkan mengebor sendiri, perseroan menilai lebih murah jika melakukan impor.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati. PT Pertamina (Persero) mengaku di tengah anjloknya harga minyak dan wabah corona saat ini membuat kegiatan hulu migas menjadi tidak ekonomis. Dibandingkan mengebor sendiri, perseroan menilai lebih murah jika melakukan impor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mengaku di tengah anjloknya harga minyak dan wabah corona saat ini membuat kegiatan hulu migas menjadi tidak ekonomis. Dibandingkan mengebor sendiri, perseroan menilai lebih murah jika melakukan impor.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan secara hitungan kertas, harga minyak yang saat ini jatuh ke angka 30 dolar AS per barel membuat kegiatan di hulu migas menjadi tidak ekonomis. Jika dibandingkan harga minyak di pasar spot, maka langkah impor sebenarnya lebih ekonomis.

Baca Juga

"Hitungan di atas kertas harusnya banyak sumur yang tutup. Akan lebih murah kalau kita impor saja," ujar Nicke melalui video conference, Kamis (16/4).

Hanya saja, langkah tersebut tidak bisa diambil Pertamina. Sebab, Pertamina adalah driver perekonomian nasional. Apabila kinerja hulu dihentikan maka akan berdampak pada ekosistem dan perekonomian sektor migas secara nasional.

"Kalau kami setop produksi maka akan berpengaruh pada ekosistem. Tapi dari sisi dampak produksi dan operisoanal pada ekonomi nasional," ujar Nicke.

Ia juga menjelaskan imbas dari anjloknya harga minyak mentah Indonesia (ICP) telah berdampak pada sektor hulu hingga di atas 40 persen. Dengan demikian, Pertamina pun bakal melakukan sejumlah langkah efisiensi dengan menunda beberapa kegiatan pengeboran di tahun ini.

Pertamina bakal menunda pengeboran sumur baru atau eksplorasi serta tetap melanjutkan kegiatan perawatan sumur kerja ulang di tahun ini. Hanya, dirinya tak memerinci secara detail berapa jumlah sumur baru yang bakal bergeser.

"Sumur existing dioperasikan dengan efisiensi, eksplorasi sumur baru kami tunda. Ini satu langkah turunkan biaya investasi dan produksi sesuai target," kata Nicke.

Di samping itu, pihaknya juga bakal menurunkan kapasitas pengolahan kilang dengan menyesuaikan kondisi demand hingga 15 persen. Misalnya pada April ini, Nikce menyebut perusahaan telah menghentikan kegiatan operasi pada Kilang Balikpapan.

Biarpun begitu, Nicke menyebut Pertamina tetap mempunyai tanggung jawab ketika pihaknya melakukan penghentian produksi. Adapun dirinya akan tetap menyeimbangkan segala aspek ketika keputusan diambil. "Semampu yang kami lakukan," kata Nicke.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement