Kamis 16 Apr 2020 12:14 WIB

Komunitas Muslim Ohio AS Berbondong-Bondong Buat Masker

Muslim Ohio membuat masker untuk tenaga medis Covid-19.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim Ohio membuat masker untuk tenaga medis Covid-19. Ilustrasi pembuatan masker.
Foto: Ritchie B. Tongo/EPA
Muslim Ohio membuat masker untuk tenaga medis Covid-19. Ilustrasi pembuatan masker.

REPUBLIKA.CO.ID, OHIO – Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Mounira Habli di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat (AS) mengajukan permintaan masker wajah pada awal April saat pandemi virus corona atau Covid-19 melanda kotanya. Pusat Islam setempat langsung merespons permintaannya.

Direktur Pelayanan Masyarakat di Pusat Islam Cincinnati, Maram Khabbaz, mengumpulkan tim sukarelawan untuk mulai menjahit masker wajah dari rumah-rumah mereka. Dia secara virtual mengkoordinasikan relawan tersebut. 

Baca Juga

Salah seorang relawan ada yang membuat video instruksional dan relawan lain mengumpulkan bahan baku. Bahkan komunitas Muslim ini menciptakan sistem pengiriman masker ke rumah sakit (RS) setempat. 

Dalam beberapa hari para sukarelawan membagikan sekitar 1.000 masker ke semua RS yang ada di kota tersebut. Selain membuat masker, tim relawan juga membantu membuat penutup masker untuk memperpanjang masa penggunaan masker.  

"Kami membutuhkan banyak bantuan, banyak sukarelawan yang bisa menjahit, jadi kami menjangkau semua teman dan tetangga kami," kata Maram yang juga seorang Dokter, dilansir dari Middle East Eye, Kamis (16/4).  

Maram menyampaikan, relawan yang membuat masker terdiri dari Muslim dan non-Muslim. Menurutnya akan sangat baik bila semua masyarakat bekerja bersama.  

Sebagai seorang dokter, dia menegaskan bahwa dirinya sangat tahu perlunya masker untuk dokter dan pasien yang rentan. 

Selama beberapa pekan negara bagian di AS telah mengeluhkan kurangnya masker wajah. Karena pasokan masker N95 untuk pekerja layanan kesehatan rendah. Para dokter juga telah berulang kali mengeluh bahwa mereka bekerja di garis depan tanpa alat pelindung diri (APD) yang tepat. 

Sehingga menciptakan situasi berbahaya bagi komunitas layanan kesehatan karena mereka bergulat dengan gelombang pasien Covid-19 yang nampak tidak pernah berakhir. 

Sejauh ini, AS telah melaporkan hampir 600 ribu kasus Covid-19 dengan angka kematian tertinggi di dunia lebih dari 24 ribu jiwa.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement