REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara seabrek kesuksesan Inter Milan dalam meraih gelar, baik domestik maupun Eropa, ada cerita menarik yang akan selalu diingat dalam sejarah perjalanan klub ini. Klub berjuluk Nerazzuri ini ternyata didirikan atas kekecewaan sekelompok pemain klub kriket dan sepak bola AC Milan. Mereka kecewa terhadap kebijakan klub yang membatasi pemain asing pada 9 Maret 1908.
Sekelompok pemain itu kemudian membentuk klub yang kini dikenal Inter pada saat ini. Sejak saat itu, Inter menjadi salah satu klub paling bergengsi di Italia dengan raihan gelar 26 trofi nasional, termasuk 18 gelar Seri A Italia. Garis-garis hitam dan biru adalah baju kebesaran Inter ketika berlaga di kandang sendiri. Klub ini meraih scudetto perdana pada 1910. Sepuluh tahun kemudian, Inter meraih scudetto keduanya.
Kecemerlangan Inter pada 1920 menurun drastis pada 1922 di mana klub ini hanya mengumpulkan 11 poin pada musim itu. Dengan demikian, mereka berupaya menghindari degradasi dengan harus menang di babak playoff. Klub ini memenangkannya dan selamat dari degradasi.
Keberhasilan itu mengokohkan Inter sebagai satu-satunya klub yang tak pernah terdegradasi. Rupanya, sikap pemerintah fasis Mussolini yang tidak menyetujui kebijakan Inter dalam merekrut pemain asing itu cukup mengganggu nasib klub. Pada 1928, Mussolini memaksa klub bermain dengan nama Ambrosiana.
Kendati berjalan dalam tekanan, Inter tetap menunjukkan keperkasaannya dengan meraih Coppa Italia pertamanya (1939) dan gelar kelima Seri A (1940). Periode emas Inter terjadi pada 1960-an di bawah manajer Helenio Herrera sehingga mendapatkan julukan La Grande Inter. Pada periode ini, Inter memenangkan tiga gelar liga pada 1963, 1965, 1966, dan dua Piala Eropa pada 1964 dan 1965.
Periode 1990-an Inter tak memenangkan gelar liga dan baru 2006 klub ini kembali meraih banyak gelar, baik domestik maupun Eropa.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
