Rabu 15 Apr 2020 18:25 WIB

Cari Ikan, Dua Warga Papua Ditembak Aparat

Pangdam XVII/Cenderawasih menyatakan permohonan maaf atas penembakan.

Seorang personal Brimob bersiap mengawal konvoi pekerja PT Freeport di Timika, Mimika, Papua, beberapa waktu lalu. (ilustrasi).
Foto: Antara/Jeremias Rahadat
Seorang personal Brimob bersiap mengawal konvoi pekerja PT Freeport di Timika, Mimika, Papua, beberapa waktu lalu. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ronggo Astungkoro

Nyawa dua pemuda asli Papua hilang setelah mendapatkan terjangan timah panas dari senjata api. Ronny Wandik (21 tahun) dan Eden Bebari (20 tahun) diduga menjadi korban penembakan oleh aparat keamanan ketika tengah mencari ikan di Mile 34, Distrik Kwamki Narama, Timika, Mimika, Papua, pada Senin (13/4) lalu.

Ronny dan Eden memutuskan untuk mengawali pekan ketiga di bulan April itu dengan mencari ikan di Kali Biru yang berada di Mile 34. Mereka sudah mulai bersiap sejak pukul 09.00 WIT. Kaca mata untuk menyelam dan senapan penembak ikan tak lupa mereka bawa. Setelah semuanya siap, mereka bertolak ke lokasi tujuan dengan menggunakan sepeda motor matik.

Keduanya sempat mampir untuk mengajak rekannya menangkap ikan. Tapi karena satu-dua hal, ajakan mereka tidak dipenuhi. Pukul 11.00 WIT, Ronny dan Eden melanjutkan perjalanan ke Kali Biru. Sesampainya di lokasi, mereka langsung mencari ikan untuk ditangkap.

 

"Mereka dua mencari ikan di kali hingga jam 02.00 siang. Kemudian aparat militer Indonesia mendatangi mereka dua," ujar Ketua Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa), Odizeus Beanal, menerangkan kronologis singkat yang didapat dari keluarga korban kepada Republika, Rabu (15/4).

Setelah itu, kata Odizeus, tanpa bertanya atau melakukan pemeriksaan terlebih dahulu kepada Ronny dan Eden, aparat langsung melepaskan tembakan ke arah keduanya. Timah panas yang ditembakkan ke kedua pemuda itu mengakibatkan mereka meninggal dunia.

Atas kejadian tersebut, Odizeus meminta agar oknum aparat yang melakukan penganiyaan dan pembunuhan terhadap kedua pemuda itu diproses secara hukum yang tegas dan transparan. Keluarga korban beserta masyarakat Papua secara umum ingin melihat hukum ditegakkan dengan tidak pandang bulu.

"Kami ingin agar pihak keluarga dan masyarakat Papua pada umumnya dapat melihat bahwa hukum tidak pandang bulu dan dapat merasakan keadilan itu ada saat para pelaku dijatuhi hukuman karena kejahatan terhadap nyawa," jelas Odizeus.

Akibat dari kejadian tersebut, keluarga korban beserta warga Papua lainnya berdemo di halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika. Mereka tak terima keluarganya disebut sebagai anggota kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) dan menyatakan protes terkait kejadian penembakan tersebut.

Terkait itu, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Herman Asaribab, menyatakan permohonan maaf. "Saya mohon maaf atas situasi yang terjadi ini," kata Mayjen Asaribab di Timika, dilansir Antara, Rabu.

Ia menjanjikan, pihaknya akan melaksanakan investigasi. Dengan begitu, kejadian yang sebenarnya terjadi dapat diketahui dan dapat dilanjutkan sesuai dengan proses hukum yang berlaku. "Untuk menyatakan apakah perbuatan anggota kami benar atau salah, nanti kita lihat hasil investigasi seperti apa. Akan ada penyelidikan lebih lanjut sampai dengan pemeriksaan secara hukum. Jadi, untuk memastikan benar atau salahnya anggota kami, maka nanti proses hukum yang akan menyatakannya," kata dia.

Ia mengatakan, pihaknya akan bersinergi dengan Polri serta jajaran pemerintahan setempat untuk mengambil langkah yang diperlukan ke depan. Hari ini, Herman, Kapolda Papua, beserta pihak-pihak terkait menemui masyarakat yang berdemo di RSUD Mimika. Herman menyampaikan duka cita atas kejadian tersebut.

Di samping itu Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw, menjelaskan alasan penempatan satuan tugas di wilayah Papua. Menurutnya, situasi dan kondisi keamanan di Papua memang sedang kurang baik. Ada kelompok bersenjata yang terus melakukan kekerasan secara masif kepada aparat dan objek-objek vital di sana.

"Sehingga itulah kami harus menempatkan satuan-satuan tugas untuk menjaga masyarakat, melindungi masyarakat, termasuk juga ada proyek objek-objek vital," jelas Paulus. Dia juga mengatakan, aparat keamanan terkadang merasa sulit membedakan kelompok-kelompok yang berseberangan dengan mereka karena situasi yang begitu terbuka.

Menurut Paulus, kehadirannya bersama dengan Pangdam dan jajaran terkait di RSUD Mimika adalah sebagai langkah penanganan permasalahan yang terjadi kemarin itu, yakni penyampaian duka cita dan mempersiapkan proses pemakaman kedua almarhum.

"Saya pikir itu, hal-hal yang berkaitan dengan berbagai pandangan, persepsi, saya pikir itu nanti kita akan jawab sama-sama setelah proses pemakaman daripada kedua almarhum," jelas dia. n

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement