Kamis 16 Apr 2020 13:01 WIB

Mengapa Australia Berhasil Menekan Laju Penyebaran Virus Corona?

Mengapa Australia Berhasil Menekan Laju Penyebaran Virus Corona?

Red:
Orang-orang meninggalkan Hotel Swissotel Sydney setelah mengakhiri masa karantina mereka di Sydney, Australia, 08 April 2020. Kelompok pertama orang Australia yang dikarantina di sebuah hotel di Sydney untuk membatasi penyebaran virus corona diizinkan pergi dan pulang
Foto: AAP
Orang-orang meninggalkan Hotel Swissotel Sydney setelah mengakhiri masa karantina mereka di Sydney, Australia, 08 April 2020. Kelompok pertama orang Australia yang dikarantina di sebuah hotel di Sydney untuk membatasi penyebaran virus corona diizinkan pergi dan pulang

Sama seperti Amerika Serikat dan Inggris, Australia mengambil keputusan ketat berkenaan dengan virus corona hampir dalam waktu yang bersamaan. Namun apa yang terjadi di ketiga negara tersebut sangat berbeda.

  • Setelah Australia hentikan penerbangan dari China, kasus positif berasal dari mereka yang pulang dari Amerika Serikat dan Iran
  • PM Scott Morrison secara teratur memberikan perkembangan soal COVID-19 kepada media didampingi Kepala Otoritas Kesehatan
  • Pembatasan yang dilakukan Australia sejauh ini mampu menekan angka penularan baru virus corona

 Amerika Serikat sekarang menjadi negara dengan kasus corona terbesar di dunia melebihi 612 ribu kasus dengan kematian hampir 26 ribu orang.

Inggris dilaporkan bisa menjadi negara dengan korban terbanyak di Eropa, sejauh ini sudah memiliki 93 ribu kasus, dengan 12 ribu orang meninggal.

Sementara di Australia hingga hari Rabu (15/04/2020), kasus virus corona positif telah menjangkit 6.400 orang, dengan jumlah orang yang meninggal mencapai 63

Baik Amerika Serikat, Inggris dan Australia mengambil keputusan penting dalam menangani kasus corona ini dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu di minggu kedua bulan Maret.

Di Australia, sebagai negara dimana tradisi olahraga sudah mendarang daging dalam masyarakat, keputusan besar berkenaan dengan corona adalah ketika lomba balapan Formula Satu yang sedianya akan dilaksanakan di Albert Park lalu dibatalkan.

Balapan F1 dibatalkan di hari Jumat (13/3/2020), meski para pembalap dari penjuru dunia sudah tiba di Melbourne untuk menjalani sesi latihan yang rencananya dihadiri oleh penonton.

Sebelumnya, baik pemerintah negara bagian Victoria maupun panitia penyelenggara masih bersikeras bahwa balapan tersebut akan berlangsung sesuai dengan rencana.

Di hari yang sama, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan seluruh penerbangan dari Eropa ke negaranya akan dilarang selama satu bulan.

Di Inggris, lomba pacuan kuda Chelthemham masih digelar di hari Jumat tersebut, yang dihadiri oleh sekitar 250 ribu orang, kemudian pada tanggal 17 Maret PM Inggris Boris Johnson mengumumkan larangan bepergian ke luar negeri.

Saat itu, China masih dalam karantina total, dengan keadaan di Italia semakin memburuk, namun AS, Inggris dan Australia baru mulai dengan serius melakukan berbagai langkah untuk menangani virus corona.

Namun 4 minggu setelah itu, kondisi ketiga negara terkait virus corona sangat berbeda.

Amerika Serikat dan Inggris berada di kelompok yang sama, dengan angka penularan virus corona melonjak tinggi, sedangkan di Australia, pemerintahnya sudah berbicara mengenai keberhasilan menahan laju penularan.

 

Hampir 'kecolongan' dengan kasus dari Amerika Serikat dan Iran

Ketika China menutup diri dengan menerapkan 'lockdown' di Wuhan, kota virus corona berasal, tanggal 23 Januari lalu, Australia menghentikan perjalanan dari China pada tanggal 1 Februari.

Ketika itu, larangan perjalanan seperti ini masih dianggap sebagai tindak berlebihan baik oleh China maupun oleh negara lain.

Penerbangan dari negara lain masih dibolehkan karena saat itu virus corona dianggap menjadi masalah yang hanya terjadi di China saja.

Australia kemudian menyadari adanya warga yang kembali dari Amerika Serikat dan Iran, yang kemudian dinyatakan positif tertular virus corona.

Ketika itu di Amerika Serikat dan Iran, belum ada tanda-tanda wabah sudah terjadi.

Peningkatan angka COVID-19 di Australia juga berasal dari berbagai kapal pesiar yang sedang keliling dunia.

Liburan dengan kapal pesiar merupakan salah satu liburan yang populer dilakukan oleh warga lanjut usia, termasuk dari Australia.

Mereka termasuk dalam golongan usia yang sangat rentan bila terjangkit virus corona.

Baru setelah muncul berbagai kasus corona dari ketiga sumber tersebut, yakni perjalanan dari AS, Iran dan kapal pesiar, Australia kemudian menerapkan aturan bagi mereka yang tiba dari luar negeri harus menjalani karantina selama 14 hari di rumah masing-masing.

 

Koordinasi dengan Premier negara bagian dalam kabinet nasional

Di minggu ketiga Maret, Perdana Menteri Scott Morrison menyadari betapa seriusnya masalah virus corona, kemudian menggelar pertemuan kabinet nasional yang berisi para menteri dalam jajaran kabinetnya ditambah seluruh kepala negara bagian, atau premier.

Pertemuan dilakukan secara teratur untuk mengkoordinasi kebijakan yang harus dilakukan di tingkat federal (nasional) maupun di tingkat lokal (negara bagian).

Apa yang dilakukan oleh Australia, yang juga dilakukan banyak negara lain, adalah menyertakan kelompok profesional di bidang kesehatan untuk memberikan masukan apa yang harus dilakukan pemerintah.

Para pakar di bidang kesehatan ini bergabung dalam komite yang disebut 'Australian Health Protection Principal Committee' (AHPPC).

 

Di tingkat nasional ada jabatan 'Chief Medical Officer', sekarang dijabat oleh Prof Brendan Murphy, yakni jabatan profesional yang mengeluarkan keputusan independen berhubungan dengan masalah kesehatan.

Di tiap-tiap negara bagian, juga terdapat Chief Medical Officer, yang diisi oleh profesional, bukan politisi, karena masih ada jabatan Menteri Kesehatan yang biasaya diisi para politisi.

PM Scott Morrison berulang kali mengatakan bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah berkenaan dengan virus corona selalu didasarkan pada "saran" dari 'Chief Medical Officer'.

Koordinasi antar pemerintah pusat dan negara bagian tidak mudah dilakukan, karena perbedaan partai politik, misalnya PM Scott Morrison berasal dari Partai Liberal dan beberapa Premier, atau kepala negara bagian, berasal dari Partai Buruh.

Karenanya di awal-awal koordinasi mereka sempat muncul perbedaan kebijakan soal penutupan sekolah.

Pemerintah Federal menginginkan agar sekolah tetap dibuka agar orang tua yang bekerja di sektor-sektor penting, tetap bisa melakukan tugas mereka.

Namun negara bagian Victoria dengan ibukota Melbourne memutuskan untuk meliburkan sekolah lebih cepat sebelum Libur Paskah.

Mereka juga menganjurkan murid agar tetap belajar dari rumah, kalau bisa, walau sekarang sekolah sudah dibuka kembali.

Di Amerika Serikat, koordinasi antar otoritas kesehatan dengan Presiden Trump beberapa kali tampak berbeda.

Sementara di Inggris, meski PM Boris Johnson sudah mengetahui dan meminta warga untuk tidak saling berjabat tangan, ia mengatakan tidak bisa melepaskan kebiasaan tersebut dan tetap berjabat tangan dengan siapa saja yang ditemuinya.

PM Inggris kemudian dinyatakan positif terkena virus, sempat menjalani perawatan di rumah sakit St Thomas di London selama beberapa hari, sekarang sudah keluar dan beristirahat di rumah.

 

Transparansi data dan informasi

Selama tiga pekan terakhir, setiap hari, pemerintah Federal Australia dan pemerintah negara bagian mengelar jumpa pers untuk menjelaskan data terbaru mengenai mereka yang terkena virus.

Dalam setiap jumpa pers, pejabat pemerintah, baik di tingkat pusat atau negara bagian, akan didampingi oleh pejabat kesehatan, 'Chief Medical Officer' atau wakilnya.

Transparansi data ini tampaknya dimaksudkan agar warga lebih mengetahui apa yang terjadi sehingga mengerti jalan pemikiran pemerintah.

Misalnya, dalam soal kebijakan pemakaian masker, Australia adalah salah satu negara yang tetap belum menganjurkan warganya menggunakan masker, kalau mereka tidak sakit.

Saran dari pemerintah Australia yang didukung oleh pakar kesehatan hingga saat ini adalah sering mencuci tangan dan jaga jarak dengan orang lain

Pemakaian masker lebih diutamakan bagi tenaga medis yang berhadapan langsung dengan pasien COVID-19 atau mereka yang mungkin tertular virus.

Pemerintah Australia juga sudah mengeluarkan data modelling yang digunakan dalam memprediksi kemungkinan terburuk penyebaran virus corona bila tidak ditangani sama sekali.

Modelling ini di beberapa negara dilakukan oleh lembaga independen dan sering kali dianggap para politisi sebagai hal yang berlebih-lebihan dan bisa membuat warga panik.

Namun pemerintah Australia memutuskan mengeluarkan modelling tersebut.

 

Imbauan dan denda

Secara umum, warga Australia selama ini dikenal dengan sifatnya yang 'laid back' atau berperilaku hidup santai dan tidak mudah diatur.

Dengan pengaturan social distancing yang ketat selama ini, pada awalnya dikhawatirkan tidak banyak yang mau mematuhinya.

Karenanya, beberapa negara bagian menerapkan aturan denda bagi mereka yang melanggar ketentuan untuk tidak keluar rumah.

Hingga saat ini di Australia, alasan keluar rumah hanya diperbolehkan untuk empat kegiatan, yakni berbelanja kebutuhan pokok, ke dokter atau apotek, pergi ke kantor jika tidak bisa bekerja dari rumah, serta berolahraga dengan maksimal hanya dilakukan dua orang.

Ancaman hukuman denda dan juga imbauan yang dilakukan berulang kali oleh pemerintah agar warga di Australia mematuhi aturan demi kebaikan bersama tampaknya secara umum dipatuhi warga.

Kekhawatiran terbesar adalah baru-baru ini ada Libur Paskah, liburan empat hari terbesar di Australia, selain liburan Natal dan Tahun Baru.

Biasanya di masa liburan ini, warga akan banyak melakukan perjalanan.

Tidak mengherankan, sepekan sebelum Paskah, beberapa negara bagian sudah mengeluarkan aturan lebih ketat mengenai pergerakan warga.

Setelah Paskah, PM Scott Morrison dan pejabat lain berulang kali mengucapkan terima kasih kepada warga, karena selama Paskah tidak banyak pergerakan.

Dengan itu, angka penularan kasus baru corona di Australia terus menurun selama dua pekan terakhir.

 

Letak geografis yang menguntungkan

Faktor lain yang menguntungkan Australia dalam menekan penyebaran virus corona adalah posisinya sebagai benua yang tidak memiliki perbatasan darat dengan negara-negara lain.

Selain lewat perairan, Australia hanya bisa dicapai lewat udara.

Negara lain seperti Selandia Baru, juga negara-negara di kawasan Pasifik dan juga Taiwan, yang memiliki kemiripan letak geografis seperti Australia sejauh ini juga mengalami hal yang sama.

Usaha menutup perbatasan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan Inggris, misalnya, yang walau terpisah dari Eropa, memiliki hubungan yang erat dan lalu lintas yang padat dalam berbagai bentuk dengan Eropa.

Hal tersebut juga dialami Amerika Serikat, yang merupakan bagian dari benua Amerika, dan memiliki salah satu lalu lintas udara paling sibuk di dunia.

Hal yang semula tidak diduga oleh Australia adalah penyebaran virus banyak dialami oleh mereka yang berlibur di kapal pesiar.

Setelah pemerintah memiliki data bahwa lebih dari 80 persen kasus corona positif di Australia berasal dari luar negeri, Australia segera menerapkan pembatasan ketat.

Salah satunya adalah memaksa warga yang baru datang dari luar negeri untuk tinggal di hotel selama dua minggu dengan biaya pemerintah Australia, satu-satunya negara yang mengambil kebijakan seperti ini.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement