Rabu 15 Apr 2020 12:28 WIB

Korsel Gelar Pemilu di Tengah Pandemi Covid-19

Pemilih diminta memenuhi prosedur kesehatan saat memberikan suara pada Pemilu Korsel.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Warga Korea Selatan memberikan suaranya dalam pemilu
Foto: EPA
Warga Korea Selatan memberikan suaranya dalam pemilu

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Warga Korea Selatan (Korsel) menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen di tengah pandemi Covid-19, Rabu (15/4) waktu setempat. Otoritas kesehatan Korsel memberlakukan kebijakan ketat bagi para pemilih yang datang ke Tempat Pemungutan Suara.

Para pemilih wajib mengenakan masker, menjaga jarak setidaknya satu meter, dan bergerak perlahan mengantre menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS). Bilik suara diatur terpisah untuk mereka yang mengalami demam agar dapat dilakukan didisinfeksi setelah setiap kali digunakan. 

Baca Juga

Para pemilih juga diminta menggunakan sarung tangan plastik setelah membersihkan tangan mereka dengan sanitiser di TPS. Suhu tubuh para pemilih yang menuju bilik suara juga dicek dengan aturan suhu 37,5 yang diperbolehkan masuk. Pemungutan suara dimulai pada pukul 6.00 dengan 43,9 juta pemilih memenuhi syarat untuk memberikan suara mereka.

"Kami sekarang mengadakan pemilihan pada waktu yang sangat sulit di tengah kampanye sosial yang jauh dan kontraksi kegiatan ekonomi," kata ketua komisi pemilihan Kwon Soon-il, Selasa dikutip Channel News Asia, Rabu (15/4).

"Silakan pergi ke TPS besok dan tunjukkan bahwa Anda adalah pemilik negara ini," ujarnya menambahkan. Secara global, Korsel adalah negara pertama yang menggelar pemilu besar di tengah pandemi. Sebab mayoritas negara menundanya karena ancama penyebaran virus. Namun, Pemerintah Korsel menolak seruan untuk menunda pemilihan parlemen.

Sementara, pemillih Korsel sangat terpecah menurut garis ideologis dan generasi dan loyalitas regional. Hal itu menunjukkan meningkatnya dukungan untuk Presiden Moon Jae-in dan partai liberalnya.

"Kami sedang melalui masa-masa sulit, tetapi Covid-19 dan politik adalah dua hal yang berbeda," ujar salah satu warga Lee Kum (57 tahun) dilansir AP.

Penduduk Seoul lainnya, Chung Eun-young, 45, mengatakan bahwa dia tiba di tempat pemungutan suara tepat pukul 6 pagi untuk menghindari antrean panjang. "Saya khawatir tentang virus corona," katanya. "Mereka memeriksa suhu tubuhku dan memberiku sarung tangan, tapi itu mudah, tak seperti yang kukira," ujarnya menambahkan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Gallup Korea pekan lalu menunjukkan bahwa 27 persen responden enggan memilih karena epidemi. Tetapi 72 persen mengatakan mereka tidak khawatir, dan jumlah pemilih yang tinggi diperkirakan mencapai 11,7 juta orang. Sementara, Presiden Moon Jae-in memberikan suara awal pekan lalu.

Penanganan epidemi yang relatif cepat dan efektif di Korsel telah menjadi anugerah bagi Moon yang unggul menjelang pemungutan suara. Hal itu terlihat dari survei tentang kinerjanya. Hanya beberapa bulan yang lalu ia diserang oleh kritik atas pertumbuhan ekonomi yang lamban dan pendekatan yang kaku ke Korea Utara. Posisi Moon tidak dipermasalahkan karena ia dipilih langsung, sementara partainya Demokrat adalah yang terbesar di parlemen.

Beberapa siswa sekolah menengah memilih untuk pertama kalinya setelah Seoul menurunkan batas usia dari 19 menjadi 18. Korsel merupakan salah satu negara pertama yang terkena virus corona di luar China. Untuk sementara waktu, Korsel sempat memiliki wabah terbesar kedua di dunia. Namun kini, secara keseluruhan negara mencatat memiliki hampir 11 ribu kasus positif Covid-19 dan 222 kematian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement