Selasa 14 Apr 2020 17:03 WIB

Mesir Buka Kembali Perbatasan Jalur Gaza

Ratusan warga Palestina kini bisa kembali ke rumah setelah Jalur Gaza dibuka.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Perbatasan Mesir dengan Palestina di Jalur Gaza
Perbatasan Mesir dengan Palestina di Jalur Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, MESIR — Pemerintah Mesir kembali membuka perbatasan dengan Jalur Gaza setelah hampir tiga pekan ditutup sebagai upaya mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru (Covid-19). Dengan pembukaan ini, ratusan warga Palestina dapat kembali pulang ke rumah mereka masing-masing. 

Hamas yang menjadi pihak berwenang di Jalur Gaza mengatakan pihaknya telah mengkoordinasikan waktu pembukaan kembali perbatasan. Itu bertepatan dengan penyelesaian 1.000 kamar untuk menampung orang-orang yang kembali dalam karantina wajib selama 14 hari. 

Baca Juga

Kasus Covid-19 pertama di Jalur Gaza dilaporkan pada 22 Maret lalu. Menurut laporan, kasus infeksi virus tersebut adalah impor, terkait dengan dua warga yang sempat melakukan perjalanan ke Pakistan. 

Para ahli sebelumnya memperingatkan wabah akan menjadi bencana besar di Jalur Gaza, di mana terdapat dua juta warga yang berada di wilayah dengan ketebatasan fasilitas kesehatan tersebut. Dengan adanya blokade yang dilakukan oleh Pemerintah Israel dan Mesir, serta konflik lintas-perbatasan, dan divisi politik Palestina, sistem medis dinilai tidak memadai.  

Virus corona jenis baru yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China pada Desember 2019. Sejak saat itu, virus terus menyebar secara global dan tercatat 260.000 orang dilaporkan terinfeksi, serta ada lebih dari 11.000 kematian hingga Sabtu (21/3) kemarin. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan wabah SARS pada 2002-2003 yang disebabkan oleh virus serupa secara genetis. 

Bagi kebanyakan orang, Covid-19 hanya menimbulkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk. Tetapi, sebagian  lainnya, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada sebelumnya, infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, termasuk pneumonia, bahkan kematian. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement