Tim Rukyatul Hilal Harus Perhatikan Protokol Kesehatan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil

Selasa 14 Apr 2020 13:10 WIB

Tim Rukyatul Hilal Harus Perhatikan Protokol Kesehatan. Foto: Rukyatul Hilal (Ilustrasi). Foto: Antara/Zabur Karuru Tim Rukyatul Hilal Harus Perhatikan Protokol Kesehatan. Foto: Rukyatul Hilal (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Mohammad Agus Salim menyampaikan bahwa rukyatul hilal dilaksanakan pada 23 April 2020. Kemenag juga menyampaikan tim rukyatul hilal harus tetap memperhatikan protokol kesehatan di tengah pandemi wabah virus corona atau Covid-19.

Agus mengatakan, persiapan rukyatul hilal setiap tahun sama. Tapi sekarang ada wabah Covid-19, jadi rukyatul hilal dan sidang isbat Ramadhan tetap dilaksanakan dengan cara yang berbeda.

Baca Juga

"Rukyatul hilal tetap dilaksanakan di sekitar 80 titik pemantauan hilal di seluruh Indonesia, tapi saat melakukan pemantauan tetap menggunakan protokol kesehatan untuk mengantisipasi Covid-19," kata Agus kepada Republika, Selasa (13/4).

Ia menjelaskan, di tengah pandemi Covid-19, pemerintah tidak membolehkan adanya kerumunan untuk mengantisipasi penyebaran virus. Jadi rukyatul hilal tetap dilaksanakan dengan jumlah orang yang melakukan pemantauan hilal dibatasi.

Meski sedang terjadi pandemi Covid-19, dia mengatakan, rukyatul hilal harus tetap dilakukan. Karena banyak umat Islam yang menunggu kejelasan tentang awal Ramadhan. Setelah melakukan rukyatul hilal dilakukan sidang isbat melalui telekonferensi.  

"Kemenag tetap melibatkan semua pihak seperti ormas Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI), hakim-hakim di pengadilan agama dan yang lainnya," ujarnya.  

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam, Kamaruddin Amin menyampaikan, Kemenag akan menggelar sidang isbat penetapan awal Ramadhan pada 23 April 2020. Sehubungan kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia, sidang isbat akan digelar dengan skema berbeda yakni dengan memanfaatkan sarana telekonferensi.

"Seiring kebijakan physical distancing dan sesuai protokol kesehatan, kita menghindari ada kerumunan, sidang isbat akan memanfaatkan teknologi telekonferensi, sehingga peserta dan media tidak perlu hadir di Kemenag," kata Kamaruddin melalui pesan tertulis kepada Republika, Selasa (14/4).

Ia menyampaikan, masyarakat dapat menyaksikan proses sidang isbat melalui live streaming website dan media sosial Kemenag. Sebagaimana biasa sidang isbat akan dibagi dalam tiga sesi. Pertama, paparan posisi hilal awal Ramadhan oleh anggota tim Falakiyah Kementerian Agama. Paparan ini akan disiarkan secara live streaming melalui website dan media sosial Kemenag.

"Akan dibuka dialog, masyarakat dan media bisa mengikuti melalui room meeting online yang nanti akan dibagikan, tentu kuotanya juga terbatas," jelasnya.

Ia menjelaskan, setelah Maghrib sidang isbat digelar secara tertutup. Sidang ini hanya dihadiri secara fisik oleh perwakilan MUI, DPR, menteri agama, wakil menteri agama, dan Dirjen Bimas Islam. Sidang diawali dengan pembacaan laporan olah Direktur Urusan Agama Islam tentang hasil rukyatul hilal dari seluruh Indonesia.

Para tokoh ormas yang diundang bisa mengikuti dan berdialog dalam proses sidang ini melalui meeting room online yang akan akan dibagikan tautan, ID, dan passwordnya. "Setelah mendengar laporan dan masukan dari ormas Islam, menteri agama akan menetapkan awal Ramadhan 1441 Hijriyah," jelas Kamaruddin.

Hasil sidang isbat awal Ramadhan akan diumumkan secara terbuka oleh menteri agama melalui telekonferensi pers. Sehingga media tidak perlu hadir di kantor Kemenag. Publik bisa mengikutinya melalui live streaming web dan media sosial Kemenag.