Sabtu 11 Apr 2020 17:30 WIB

Pemerintah Saudi Turunkan Harga Bahan Bakar

Penurunan harga bahan bakar di Saudi dinilai signifikan.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Muhammad Hafil
 Pemerintah Saudi turunkan harga bahan bakar. Foto: Fasilitas minyak Aramco di Jubeil, 600 kilometer dari Riyadh, Arab Saudi. Foto diambil 3 Mei 2009.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar
Pemerintah Saudi turunkan harga bahan bakar. Foto: Fasilitas minyak Aramco di Jubeil, 600 kilometer dari Riyadh, Arab Saudi. Foto diambil 3 Mei 2009.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Saudi Arabian Oil Co (Saudi Aramco) dilaporkan telah melakukan penurunan harga bahan bakar di Wilayah Kerajaan Saudi per hari ini, Sabtu (11/4). Saudi Press Agency (SPA) melaporkan, meski harga bahan bakar berfluktuasi, penurunan tersebut dinilai cukup signifikan.

Dilansir dari Saudigazzete, Sabtu (11/4), ada beberapa jenis bensin yang mengalami penurunan. Di antaranya adalah bensin 91 dari Aramco, akan dibanderol dengan harga SR 1.31 (Rp 5.499), dari harga sebelumnya sekitar SR 1.55 (6506).

Baca Juga

Sementara itu, bensin 95 akan dibanderol dengan harga SR 1.47 (Rp 6.171) per liternya. Dari harga sebelumnya di kisaran SR 2.05 (Rp 8.605).

Menurut pemaparan Saudi Aramco, perubahan harga dikarenakan ada fluktuasi di pasar internasional. Namun demikian, penurunan ini dinilai Aramco sesuai dengan prosedur tata kelola penyesuaian harga dan produk energi serta air yang disetujui.

Walaupun nyatanya, penurunan harga bahan bakar di Kerajaan dikaitkan dengan harga ekspor di pasar dunia.

Lebih jauh, dilansir dari The Guardian, Sabtu (11/4), harga minyak dunia kembali jatuh. Meskipun, telah ada kesempatan OPEC dan persetujuan untuk menangkas produksi sebelumnya.

Lebih lanjut, disebutkan juga harga minyak turun pada Jumat kemarin. Di mana hal tersebut dilatarbelakangi kekhawatiran, bahwa kesepakatan OPEC untuk memangkas pasokan global sebesar 10 persen, tidak akan mengimbangi penurunan terbesar dalam permintaan karena wabah Covid-19.

Bahkan, permintaan bahan bakar minyak global telah merosot sebanyak 30 persen. Atau mencapai nilai 30 juta bdp selama wabah koronavirus.

Utamanya, hal tersebut dikarenakan perlawanan berbagai negara untuk tidak melakukan operasional kendaraan, termasuk pesawat. Sehingga, ekonomi dunia terkekang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement