Sabtu 11 Apr 2020 09:53 WIB

BMKG: Ada Gempa Tektonik Kecil, Tapi tak Ada Suara Dentuman

BMKG menyatakan suara dentuman beberapa kali bukan bersumberi dari Anak Krakatau.

Rep: Mimi Kartika /Idealisa Masyrafina/ Red: Agus Yulianto
Petugas mengamati data rekam seismograf pemantau aktifitas letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di POS Pemantauan Gunung Anak Karakatau (GAK) Pandeglang, Banten.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Petugas mengamati data rekam seismograf pemantau aktifitas letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di POS Pemantauan Gunung Anak Karakatau (GAK) Pandeglang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan suara dentuman yang beberapa kali didengar masyarakat bukan bersumber dari aktivitas gempa tektonik Gunung Anak Krakatau. Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB hari Jumat (10/4) dengan magnitudo M 2,4, gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan masyarakat.

"Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam siaran persnya, Sabtu (11/4).

BMKG memantau muka laut dan seismik saat Gunung Anak Krakatau bererupsi pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB, Jumat. Hasil pemantauan muka laut menggunakan tide gauge di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut sejak Jumat pukul 21.00 hingga Sabtu pukul 6.00 WIB.

Sementara itu, hasil pemantauan muka laut menggunakan radar WERA yang berlokasi di Kahai, Lampung, dan Tanjung Lesung, Banten, juga menunjukkan tidak ada anomali muka laut pada waktu tersebut. Dengan demikian, pemantauan muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan tide gauge dan radar WERA menunjukkan, erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu terjadinya tsunami.

Kemudian, hasil pemantauan kegempaan yang dilakukan BMKG tepat pada saat terjadinya erupsi, yaitu pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB, menunjukkan sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik. Erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini, berdasarkan catatan sensor BMKG, lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.

Di sisi lain, menurut Rahmat, ada satu hal menarik terkait hasil pemantuan seismik BMKG. Pada pukul 22.59 hingga 23.00 WIB beberapa sensor seismik BMKG, baik eksisting maupun sensor baru yang dipasang tahun 2019, mencatat adanya gempa di Selat Sunda dengan sangat baik.

Sensor seismik BMKG tersebut adalah (1) CGJI (Cigeulis, Banten), (2) WLJI (Wonosalam, Banten), (3) PSSM (Pematang Sawah, Lampung), (4) LLSM (Limau, Lampung), (5) KASI (Kota Agung, Lampung), (6) CSJI (Ciracap, Jawa Barat), dan (7) KLSI (Kotabumi. Lampung).

Hasil analisis BMKG terkait gempa tersebut menujukkan telah terjadi gempa tektonik di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 episentrum terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT, tepatnya di laut pada jarak 70 kilometer arah selatan barat daya Gunung Anak Krakatau pada kedalaman 13 kilometer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement