Kamis 09 Apr 2020 20:16 WIB

NY Times: RS Elite Saudi Siapkan Tempat untuk Keluarga Raja

Puluhan keluarga kerajaan Saudi diduga jatuh sakit akibat Covid-19.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Puluhan keluarga kerajaan Saudi diduga jatuh sakit akibat Covid-19. Bendera Arab Saudi.
Foto: Eurosport
Puluhan keluarga kerajaan Saudi diduga jatuh sakit akibat Covid-19. Bendera Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Gubernur Riyadh, Pangeran Faisal, sedang dalam perawatan intensif akibat terinfeksi covid-19. Puluhan anggota keluarga kerajaan lainnya juga jatuh sakit.  

Rumah Sakit Spesialis King Faisal saat ini sedang mempersiapkan sebanyak 500 tempat tidur untuk bangsawan lain dan orang-orang terdekat mereka yang diperkirakan juga ikut tertular.

Baca Juga

"Arahan harus siap untuk VIP dari seluruh negara," tulis operator fasilitas elite, Rumah Sakit Spesialis King Faisal, kepada para dokter senior, dilansir di New York Times, Kamis (9/4). 

Pesan itu menyebutkan bahwa saat ini pihak rumah sakit tidak tahu berapa banyak kasus. Namun mereka harus tetap waspada, dan semua pasien kronis harus dipindahkan secepatnya. "Hanya kasus mendesak utama yang akan diterima," kata pesan tersebut.

Setiap anggota staf media yang sakit sekarang akan dirawat di rumah sakit yang kurang elite untuk memberikan ruang bagi para bangsawan.

Lebih dari enam pekan setelah Arab Saudi melaporkan kasus pertamanya, covid 19 telah menyerang ke jantung keluarga kerajaan Saudi. 

Sebanyak 150 bangsawan di kerajaan sekarang diyakini telah tertular virus corona. Ini termasuk anggota dari cabang yang lebih rendah, menurut seseorang yang dekat dengan keluarga.

Raja Salman (84 tahun) telah mengasingkan diri untuk keselamatannya di sebuah istana pulau dekat kota Jeddah di Laut Merah. Sementara Putra Mahkota Mohammed bin Salman, telah pindah dengan banyak para menterinya ke daerah terpencil di pantai yang sama, di mana ia telah berjanji untuk membangun kota futuristik yang dikenal sebagai Neom.

Penyakit dalam keluarga kerajaan mengungkap motivasi di balik kecepatan dan skala respons kerajaan terhadap pandemi ini.

Para penguasanya mulai membatasi perjalanan ke Arab Saudi dan menutup tempat-tempat suci Muslim di Mekah dan Madinah bahkan sebelum kerajaan melaporkan kasus pertamanya, pada 2 Maret. Pihak berwenang sekarang telah memutuskan semua perjalanan udara dan darat ke atau keluar dari  perbatasannya dan antar provinsi internal.  

Mereka telah menempatkan semua kota terbesarnya di bawah penguncian ketat 24 jam, yang memungkinkan hanya perjalanan singkat ke toko kelontong atau toko obat terdekat.

Haji juga akan dibatalkan pada tahun ini. Sebagai pilar agama Islam yang menarik 2,5 juta Muslim ke Mekah, ibadah haji dilakukan setiap tahun tanpa gangguan sejak 1798, ketika Napoleon menyerbu Mesir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement