Kamis 09 Apr 2020 10:33 WIB

Ampuhkah Vaksin BCG Melawan Covid-19? Ini Kata Ahli

Vaksin itu tidak bisa dianggap sebagai jaring pengaman utama terhadap virus Corona

Neal Browning menerima suntikan dalam uji klinis studi keselamatan tahap pertama dari vaksin potensial untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh coronavirus baru, Senin, 16 Maret 2020.
Foto: AP/Ted S. Warren
Neal Browning menerima suntikan dalam uji klinis studi keselamatan tahap pertama dari vaksin potensial untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh coronavirus baru, Senin, 16 Maret 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, CAPETOWN -- Rendahnya tingkat kematian akibat kasus Covid-19 di negara-negara pengguna vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) membuat Australia menggunakan vaksin tua itu untuk mengimunisasi ribuan pekerja medis mereka. Penggunaan vaksin dilakukan meski belum ada riset lanjutan terhadap hasil penelitian berbentuk paper itu.

Kepala Divisi Alergi dan Imonlogi Klinis Rumah Sakit Groote Schuur, Universitas Cape Town, Afrika Selatan, Prof Jonny Peter mengungkapkan, vaksin BCG memang bisa memberi manfaat imunologi berspektrum luas terhadap sejumlah infeksi pernafasan. Meski demikian, Peter berpendapat, vaksin berusia seratus tahun itu tidak bisa dianggap sebagai jaring pengaman utama terhadap virus penyebab wabah Covid-19. 

“Saat ini, ada satu atau dua percobaan manusia  - jadi tidak banyak data tentang manusia. Namun, ada beberapa data lokal dari studi remaja vaksinasi BCG booster di SA (South Africa). Mereka memberi remaja dosis booster BCG untuk mencegah TB. Sebagai efek samping mereka mencatat bahwa kelompok yang menerima BCG memiliki jumlah infeksi saluran pernapasan atas yang jauh lebih rendah daripada kelompok plasebo (pengobatan yang tidak berdampak),”ujar dia seperti dilansir dari health24.com.

Peter menyatakan bahwa data dari studi di Amerika Serikat sangat didasarkan pada tingkat kematian yang tercatat. Penelitian ini  juga sangat dipengaruhi oleh strategi pengujian masing-masing negara. “Kami mungkin masih kehilangan sejumlah besar kasus termasuk kematian akibat pneumonia karena kapasitas pengujian yang terbatas, pengujian mungkin lebih pada pengaturan pendapatan yang lebih tinggi dan ini mungkin menimbulkan bias.”

Dilansir dari laman Euro News, sebuah tim peneliti Australia mengumumkan pada pekan lalu, mereka telah mulai menguji vaksin TBC dalam skala besar. Tujuannya untuk melihat apakah itu dapat melindungi staf kesehatan dari coronavirus.

Sekitar 4.000 pekerja rumah sakit Australia akan berpartisipasi dalam uji klinis yang akan menentukan apakah vaksin TB dapat mengurangi gejala COVID-19.  Meski dikembangkan untuk TBC dan masih diberikan kepada lebih dari 130 juta bayi setiap tahun, BCG juga meningkatkan kapasitas kekebalan dasar tubuh, membantunya merespon lebih kuat terhadap kuman.

"Kami berharap untuk melihat pengurangan frekuensi dan tingkat keparahan gejala COVID-19 pada petugas layanan kesehatan yang telah divaksinasi dengan BCG," kata ketua tim peneliti, Nigel Curtis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement