Rabu 08 Apr 2020 17:54 WIB

Pedagang Kaki Lima Pasar Baru Beralih Jual Masker

Pedagang kaki lima menjual masker untuk tetap bisa membiayai rumah tangga.

Pedagang Kaki Lima Pasar Baru Beralih Jual Masker. Foto ilustrasi.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pedagang Kaki Lima Pasar Baru Beralih Jual Masker. Foto ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pedagang kaki lima yang sehari-hari berjualan di Pasar Metro Atom Pasar Baru, Jakarta Pusat beralih menjual masker untuk tetap mendapatkan penghasilan di tengah pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Herman (40 tahun), yang sehari-hari berjualan tas, beralih menjual masker yang kini mulai ramai dicari masyarakat sejak ada imbauan pemerintah tentang kewajiban memakai masker saat beraktivitas di luar rumah.

"Jualan tas setop sementara ini karena nggak ada yang beli, sekarang jualan masker dulu," kata Herman, Rabu (8/4).

Baca Juga

Menurut Herman, sudah tiga pekan ini mengalihkan usaha menjual masker demi mendapatkan penghasilan untuk membiayai rumah tangga. Herman tidak sendiri, ada sekitar 10 pedagang masker lainnya yang berjualan di pinggiran jalan Pasar Metro Atom, Pasar Baru.

"Lumayan daripada tidak ada penghasilan sama sekali, sehari bisa laku delapan sampai 10 masker," katanya.

Harga masker yang sebelum wabah corona dijual Rp 5.000 kini dihargai Rp 10 ribu. Ada juga masker scuba dibanderol Rp 15 ribu per buah.

Masker kain dijual dengan beragam model dan motif, serta warna yang menarik. Harga maksimal masker Rp 15 ribu.

Masker-masker tersebut dipesan dari pedagang dari salah satu konveksi yang ada di wilayah Jakarta. Pemesanan diharuskan minimal dua lusin atau sekitar 24 lembar, kurang dari itu tidak dilayani.

"Selama dagang saya sudah pesan tiga kali, berarti ada enam lusin," katanya.

Menurut Herman, jika dibandingkan penghasilan dari jualan tas sebelum wabah Covid-19 dengan menjual masker jauh berbeda. Dia mengibaratkan, selama 10 tahun jualan tas sehari bisa makan ayam, kini dengan berjualan masker sehari hanya bisa makan tempe.

"Ya kalau dibandingkan jauhlah, pendapatan saya menurun 80 persen. Kalau diibaratkan, jualan tas sehari bisa makan ayam, kalau masker sehari cuma bisa makan tempe," kata Herman.

Hal senada juga dirasakan oleh Beno (38) pedagang masker lainnya. Ia merasa sejak ada imbauan wajib menggunakan masker kain untuk warga beraktivitas memberi angin segar buat pedagang untuk mendapatkan penghasilan.

"Terbantu juga dengan imbauan pemerintah, tapi ya gitu kadang masyarakat belinya banyak maunya, masker yang buat hijablah, masker inilah, jadi penjualan juga nggak ramai-ramai amat, tapi ada," kata Beno yang sehari-hari dulunya berjualan ikat pinggang.

Tetap berjualan di tengah pandemi dan imbauan pemerintah untuk menjaga jarak sosial juga menimbulkan rasa khawatir di pedagang. Namun, Beno, Herman dan pedagang kaki lima lainnya di Pasar Baru tidak punya solusi lain selain tetap bertahan demi mendapatkan penghasilan.

"Ini namanya jihad untuk keluarga, kalau kita tidak dagang mau dapatkan uang dari mana," kata Herman yang memiliki tiga orang anak.

Beno dan Herman berharap pada saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta mereka masih dibolehkan berjualan agar tetap memiliki penghasilan. "Kan kami ini jualan masker, alat pelindung kesehatan, jangan dilarang jualan juga, kalau kami tidak jualan keluarga kami siapa yang kasih makan," kata Beno.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement