Kamis 09 Apr 2020 05:31 WIB

Target Penjualan Mobil Terancam Meleset

Industri otomotif menargetkan penjualan nasional di atas 1 juta unit.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Tren Penjualan Mobil. Pegawai menawarkan mobil di pusat perbelanjaan, Jakarta, Ahad (24/6).
Foto: Republika/ Wihdan
Tren Penjualan Mobil. Pegawai menawarkan mobil di pusat perbelanjaan, Jakarta, Ahad (24/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi pasar otomotif diliputi ketidakpastian. Target penjualan nasional yang kembali mampu menembus 1 juta unit pun terancam tak tercapai. Penurunan penjualan sudah mulai terasa pada Maret 2020.

Soal target penjualan pada tahun ini, Pengamat Otomotif, Bebin Juana menilai, memang ini adalah hal yang sangat menantang. "Artinya, target penjualan nasional di atas 1 juta unit kemungkinan besar akan sangat sulit untuk dapat dicapai," kata Bebin kepada Republika.co.id pada Selasa (7/4).

Baca Juga

Dia pun menilai Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan pabrikan perlu untuk melakukan kajian kondisi pasar. Lewat kajian itu, diharapkan Gaikindo dan pabrikan dapat melakukan revisi target penjualan yang lebih realistis setelah melihat dampak dari pandemi ini.

Menurutnya, pasti saat ini Gaikindo dan pabrikan juga terus melakukan kajian demi dapat menghadirkan strategi yang paling akurat. Biasanya, lanjut Bebin, revisi target itu akan diumumkan pada awal semester kedua.

"Jika melihat realita saat ini, rasanya target penjualan memang perlu untuk direvisi. Tapi tentu revisi ini baru dapat ditetapkan setelah melihat data penjualan pada bulan April dan Mei," ujarnya.

Di satu sisi, soal penghentian sementara lini produksi, ia pun menilai itu merupakan aksi yang cukup tepat. Karena, hal ini sekaligus menyiratkan bahwa pabrikan juga sangat memperhatikan keselamatan pegawai. Meskipun, tentu kebijakan ini juga dilakukan dengan pertimbangan terkait jumlah persediaan.

Menurutnya, penghentian sementara ini dilakukan karena jumlah stok yang ada saat ini sudah cukup memenuhi jumlah permintaan dalam beberapa pekan kedepan. Sehingga, penghentian sementara pun dinilai jadi strategi yang paling efisien.

"Jika hanya mengurangi shift pabrik maka proses produksi akan berjalan dengan tidak efisien dan biaya produksi akan meningkat. Padahal, dalam kondisi seperti ini rasanya sangat tidak pas jika pabrikan harus meningkatkan harga jual kendaraan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement