Rabu 08 Apr 2020 14:53 WIB

Mendag Sidak, Pastikan Stok Gula Jelang Puasa dan Lebaran

Harga gula pasir naik hingga 47 persen dari HET yaitu Rp 12.500 per kilogram

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja menyiapkan gula pasir untuk disalurkan ke operasi pasar dan penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Gudang Perum Bulog Sub Divisi Regional Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (3/4/2020). Pemerintah telah mengeluarkan izin impor gula putih sebanyak 100.000 ton kepada Perum Bulog dan PT RNI (Persero) untuk kebutuhan Ramadan dan lebaran.
Foto: ANTARA/Fauzan
Pekerja menyiapkan gula pasir untuk disalurkan ke operasi pasar dan penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Gudang Perum Bulog Sub Divisi Regional Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (3/4/2020). Pemerintah telah mengeluarkan izin impor gula putih sebanyak 100.000 ton kepada Perum Bulog dan PT RNI (Persero) untuk kebutuhan Ramadan dan lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Agus Suparmanto melakukan sidak ke pabrik PT  Industri Gula Nusantara (IGN), di Kendal, Jawa Tengah, pada Selasa, (7/4). Kunjungan ini bertujuan memastikan perusahaan gula yang menerima izin impor sudah melakukan proses pengolahan raw sugar menjadi Gula Kristal Putih (GKP).

Dengan begitu bisa segera dilepas ke pasar demi memenuhi ketersediaan gula di masyarakat. Terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) puasa  Ramadan dan Idul Fitri.

“Saya ingin memastikan semua perusahaan penerima izin impor sudah melakukan proses  pengolahan, sehingga harga gula putih di pasar dapat segera turun dan sesuai Harga  Eceran Tertinggi (HET). Saat ini hampir di seluruh daerah, harga gula pasir masih mengalami kenaikan hingga 47 persen dari HET yaitu Rp 12.500 per kilogram (kg),“ tegas Agus melalui siaran pers yang diterima Republika pada Rabu, (8/4).

Memenuhi kebutuhan gula pada 2020 ini, lanjutnya, PT IGN memperoleh alokasi impor raw sugar untuk diolah menjadi GKP sebesar 97 ribu ton. Rinciannya, sebesar 20 ribu ton telah diterbitkan Persetujuan Impor (PI) pada akhir 2019, lalu sebesar 37 ribu ton diterbitkan PI 2020, serta tambahan importasi sebesar 40 ribu ton demi pemenuhan kebutuhan gula sampai Juni 2020. Sampai Maret 2020, PT IGN telah melakukan realisasi impor sebesar 20 ribu ton yang direalisasikan pada 2019. Kemudian sebesar 20 ribu ton saat ini masih dalam proses bongkar di pelabuhan. 

Sementara sebesar 17 ribu ton diperkirakan akan tiba pada akhir April 2020. “PT IGN menjadi salah satu pabrik gula yang mendapatkan alokasi impor raw sugar untuk diolah menjadi GKP. Sampai saat ini, perusahaan telah merealisasikan izin impor tersebut dengan mengolah raw sugar menjadi gula konsumsi dan diperkirakan akan segera mengisi pasar dalam negeri,” ujar Agus. 

Kementerian Perdagangan (Kemendag) sangat serius melakukan berbagai upaya menjamin ketersediaan dan menstabilikan harga gula. Beberapa langkah dilakukan untuk menambah pasokan gula dari impor, baik berupa raw sugar oleh pabrik gula swasta dan BUMN, maupun impor gula konsumsi langsung oleh BUMN. Dilakukan pula penambahan pasokan dari pabrik gula dalam negeri melalui BUMN.

Direktur HRD & Umum PT IGN Burhan Murtaki mengucapkan terima kasih karena sudah dipercaya mendukung program pemerintah. Perseroan berkomitmen melaksanakan amanat ini agar bisa turut mengatasi tingginya harga gula di pasar sekaligus membantu menggerakkan. 

"Kami dapat mengoptimalkan operasional pabrik agar tetap dapat berjalan walaupun di luar musim giling. Hal ini sekaligus akan membantu meningkatkan kondisi perekonomian daerah, mengingat pabrik PT IGN pernah berhenti operasionalnya selama  lebih dari 3 tahun karena kesulitan bahan baku. Kami akan melakukan yang terbaik,” tegas Burhan. 

Kunjungan Mendag ke PT IGN ini didampingi Faisol Riza dan Mohammad Hekal dari Komisi VI DPR RI. Selanjutnya, dari Kementerian Perdagangan sendiri hadir pula Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Suhanto, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Indrasari Wisnu Wardhana, dan Dirjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Veri Anggrijono. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement