Rabu 08 Apr 2020 10:47 WIB

Perusahaan Kecil di Kabupaten Bekasi Terancam Bangkrut

Pandemi Covid-19 menyebabkan kelangkaan bahan baku yang biasa diimpor dari China.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
 Ribuan buruh menggelar di kawasan industri EJIP Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (ilustrasi).
Ribuan buruh menggelar di kawasan industri EJIP Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG -- Sejumlah perusahaan kategori menengah ke bawah atau perusahaan kecil di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (Jabar), terancam gulung tikar akibat terdampak wabah cirus corona atau Covid-19.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Bekasi, Sutomo di Cikarang, Rabu (8/4), mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan kelangkaan bahan baku yang biasa diimpor dari China. "Bahkan sejumlah perusahaan kini juga sudah mengurangi kapasitas produksinya," kata Sutomo.

Menurut dia, perusahaan menengah ke bawah memiliki istilah hari ini ada bisnis hari ini ada uang tergantung kemampuan finansial perusahaan untuk terus menjalankan roda bisnis yang dimiliki. "Bisa sebulan atau bahkan tidak sampai. Hampir 50 hingga 60 persen perusahaan menengah ke bawah akan gulung tikar dengan kondisi seperti ini," kata Sutomo.

Sutomo menyebut dari 6.000 lebih perusahaan di Kabupaten Bekasi hampir setengahnya sudah menurunkan hingga 40 persen produksinya. "Informasi yang kita terima ini langsung dari lisan para pengusaha sendiri," ungkapnya.

Sementara untuk perusahaan otomotif dan elektronik sudah tinggal memproduksi 50 persen saja sejak badan otoritas kesehatan dunia WHO menetapkan pandemi virus corona terbaru itu. Beberapa pemasok yang bekerjasama dengan induknya juga sudah merubah hari kerja. "Dari semula seminggu penuh berubah hanya dua hingga tiga hari kerja saja," ungkapnya.

Apindo menyakini kondisi seperti ini akan berdampak bagi perusahaan kategori menengah ke bawah jika tidak ada toleransi untuk bisa bertahan dalam situasi seperti ini. "Diperlukan kebijakan pemerintah yang memiliki keberpihakan terhadap perusahaan menengah ke bawah agar mereka mendapat kepastian bisnis," katanya.

Lain halnya dengan perusahaan kategori menengah ke atas yang, menurut Sutomo, masih sanggup bertahan hingga beberapa bulan ke depan mengingat besarnya kekuatan modal yang dimiliki sehingga tidak terlalu terdampak. Sutomo memprediksi banyak tenaga kerja yang akan dirumahkan jika kondisi saat ini berkelanjutan hingga batas waktu yang tidak menentu sebab untuk merakit kendaraan ataupun elektronik sebagian besar bahan bakunya dikirim dari China.

"Sementara produk negeri itu masuk ke Indonesia belum bisa hingga waktu yang belum ditentukan pula. Prediksi saya 50 persen pekerja diberhentikan dari jumlah karyawan sebanyak 2 juta orang pekerja," kata Sutomo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement