Selasa 07 Apr 2020 15:23 WIB

Jalan Penghubung Mluweh dan Ungaran Terancam Putus

Jalan penghubung di Kelurahan Susukan, sebagian longsor.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Dwi Murdaningsih
Akses penghubung dan perekonomian warga Desa Mluweh menuju pusat pemerintahan Kabupaten Semarang terancam putus.  Foto:Warga menyaksikan jembatan yang terputus. ilustrasi
Foto: Antara/Aji Styawan
Akses penghubung dan perekonomian warga Desa Mluweh menuju pusat pemerintahan Kabupaten Semarang terancam putus. Foto:Warga menyaksikan jembatan yang terputus. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  UNGARAN—Akses penghubung dan perekonomian warga Desa Mluweh menuju pusat pemerintahan Kabupaten Semarang terancam putus. Tepatnya di lingkungan Kaligawe, Kelurahan Susukan, Kecamatan Ungaran Timur.

Hujan yang deras yang mengguyur dalam sepekan terakhir telah menggerus bahu jalan utama. Hujan  mengakibatkan separuh badan jalan yang menghubungkan wilayah Desa Mluweh dengan kota Ungaran, ibu Kota Kabupaten Semarang tersebut longsor.

Baca Juga

Bahkan beberapa bagian beton badan jalan di lokasi yang tergerus tersebut, telah bergeser bersama dengan bahu jalan yang longsor. “Sehingga badan jalan ini hanya berfungsi sebagian,” ungkap Kepala Desa (Kades) Mluweh, Asariyono, Selasa (7/4).

Ia mengungkapkan, titik jalan yang longsor tersebut sebelumnya sudah menunjukkan tanda- tanda amblas sekitar lima bulan yang lalu. Di lokasi tersebut struktur tanahnya memang cukup labil.

Awalnya berupa retakan pada badan jalan yang berkonstruksi beton, lama- kelamaan badan jalan mulai terlihat amblas. Kendati begitu, akses utama penghubung wilayah Desa Mluweh dengan pusat pemerintahan ini masih bisa dilalui, baik oleh warga Mluweh maupun desa- desa lain di sekitarnya.

Karena jalan ini merupakan akses penghubung terdekat menuju pusat pemerintahan, jika dibandingkan dengan akses jalan lain yang harus memutar melalui wilayah Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Puncaknya, lanjut dia, terjadi dalam sepekan terakhir, saat hujan deras jamak mengguyur lokasi tersebut. Akibat tanah penyangga (bahu jalan) longsor, beberapa konstruksi beton ikut terbawa longsor dan sebagian juga bergeser ke bawah.

Agar tidak membahayakan para pengguna jalan, saat ini bagian jalan yang longsor tersebut telah ditutup dengan pagar kayu dan dipasang kain spanduk sebagai pertanda bagi pengguna jalan agar tetap waspada di lokasi jalan tersebut.

“Karena sebagian badan jalan yang tersisa saat ini masih bisa dimanfaatkan dan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat, kendati harus bergantian untuk bisa melintas,” tambah Asariyono.

Hal ini diamini oleh Ita (32), salah seorang warga Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Perempuan yang bekerja di pasar Bandarjo, Ungaran ini mengakui, jalan tersebut  merupakan akses terdekat yang setiap hari dilaluinya saat berangkat maupun pulang beraktivitas.

Karena jarak tempuhnya relatif lebih dekat dari pada harus melalui wilayah Tembalang, Kota Semarang. “Kalau harus melalui Tembalang, jarak tempuh dari rumah menuju tempat kerja bisa tiga kali lipat,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan, sebenarnya akses jalan tersebut mulai amblas skitar lima bulan yang lalu. Karena sisi kanan dan sisi kiri jalan tersebut berupa jurang, sebelumnya suadah dipasang peringatan agar berhati- hati jika melintas di lokasi tersebut.

Namun, sekarang semakin parah karena sudah longsor sebagian. Ia menginginkan agar akses jalan tersebut diperbaiki kembali agar tidak membahayakan. “Karena akses transportasi para pekerja pabrik juga memanfaatkan jalan ini,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement