Selasa 07 Apr 2020 09:29 WIB

Hadapi Covid-19, AS Pertimbangkan Penerbitan War Bonds

Situasi saat ini merupakan waktu tepat bagi negara menjual obligasi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan, situasi sekarang adalah waktunya untuk menjual obligasi guna mendapatkan uang tunai dalam rangka menekan dampak negatif dari pandemi Covid-19.
Foto: NYP
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan, situasi sekarang adalah waktunya untuk menjual obligasi guna mendapatkan uang tunai dalam rangka menekan dampak negatif dari pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah membahas kemungkinan penerbitan obligasi Treasury AS yang berhubungan dengan pandemi virus corona baru (Covid-19). Kemungkinan ini disampaikan Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, Senin (6/4).

Kudlow mengatakan, situasi sekarang adalah waktunya untuk menjual obligasi guna mendapatkan uang tunai dalam rangka menekan dampak negatif dari pandemi Covid-19. Skema yang digunakan serupa dengan war bonds atau obligasi perang, yakni instrumen yang diterbitkan oleh suatu negara untuk membiayai perang.

Baca Juga

Tapi, Kudlow masih belum bisa menjelaskan rencana penerbitan surat utang secara rinci. "Kami baru mencoba melihatnya, mari kita lihat ke mana arahnya," ujarnya kepada wartawan di Gedung Putih.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Kudlow juga sempat menyebutkan, obligasi ini akan menjadi investasi jangka panjang untuk kesehatan, keselamatan dan ekonomi amerika. Definisi perang kali ini bukanlah militer, melainkan memerangi pandemi demi menjaga keluarga, individu dan dunia usaha tetap berjalan.

Seperti dilansir Bloomberg, Senin, Kudlow sudah sempat mengajukan rencana ini pada sejumlah rekannya, mengenai jatuh tempo dan imbal hasil. "Dari sudut pandang saya, selain pertimbangan teknis, saya pikir konsepnya tepat sekali," tuturnya.

Kudlow menambahkan, Federal Reserve belum selesai dengan upaya-upayanya untuk membantu mengurangi dampak Covid-19.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement