Senin 06 Apr 2020 21:33 WIB

Lima Senyawa untuk Halau Covid-19 Versi Guru Besar Unair

masyarakat dapat mengkonsumsi ekstrak bahan alam untuk menjaga daya tubuh

Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga Chaerul Anwar Nidom. Nidom yang juga alumnus Unair ini berhasil menemukan penangkal virus corona dari sari rempah-rempah (curcuma).
Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga Chaerul Anwar Nidom. Nidom yang juga alumnus Unair ini berhasil menemukan penangkal virus corona dari sari rempah-rempah (curcuma).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Guru besar biologi molekuler Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Chaerul Anwar Nidom, menyatakan dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang menjadi sangat penting untuk menjaga sistem imunitas tubuh.

Selain tetap berolahraga di rumah, ia juga menyarankan agar masyarakat dapat mengkonsumsi ekstrak bahan alam untuk menjaga daya tubuh. “Selama ini orang yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat, tidak akan mudah tertular Covid-19,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Senin (6/4).

Terkait untuk menjaga sistem imunitas tubuh tersebut, Prof Nidom merekomendasikan lima senyawa yang sering disebut sebagai super aktioksidan.

Nidom memaparkan kelima senyawa aktif tersebut adalah jintan hitam (Nigella sativa), daun jambu biji (Psidium guajava), pegagan (Centella asiatica), temulawak (Curcuma xanthorriza), dan beras merah (Oryza sativa).

 

“Lima senyawa tersebut telah terbukti dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh,” ujarnya.

Berkaitan dengan ikhtiar mencegah penyebaran Covid-19 di dalam tubuh manusia, Nidom mengatakan, pihaknya sekarang ini sedang melakukan pengembangan formula BCL (Bromhexine Hydrochloride) dan penggunaan formula BCL melalui teknologi PUFF.

“Hasil riset sejauh ini memperlihatkan formula BCL berfungsi sebagai receptor blocker untuk menghalau Covid-19 agar tidak menempel di paru-paru. Formula ini terdiri dari beberapa kandungan, yaitu BCL (Bromhexine Hydrochloride), Guaiphenisin, dan beberapa zat lainnya,” kata pria yang kini menjabat sebagai Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation ini.

Ia mengatakan jika paru-paru sudah terinfeksi, maka akan sulit sekali untuk direhabilitasi. Apalagi, kata dia, hingga saat ini masih belum ada obatnya.

“Perawatan yang diandalkan sekarang adalah infus vitamin, dan beberapa rumah sakit menggunakan chloroquine dan tambahan oksigen untuk respirasi. Oleh karena itu, terkait formula BCL, kami mendapat respon positif dari rekan-rekan dokter serta akademisi,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, dilakukan juga penjajakan kerjasama dengan Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut (LAFIAL). Penjajakan kerjasama antara PT. PUF Sains Lab, Nucleus Farma, Prof. Chaerul Anwar Nidom dengan LAFIAL ini dimaksudkan agar formula BCL dapat dipersiapkan dalam device PUFF agar bermanfaat dalam bidang medis, terutama untuk menghadapi pandemi Covid-19 yang makin meluas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement